Yang muncul malah penjelasan normatif yang justru bikin tambah penasaran. Alih-alih jawaban, yang ada malah pertanyaan baru. Di tengah situasi seperti ini, wajar saja kalau publik makin gusar.
Beathor pun punya kesimpulan yang blak-blakan.
Ungkapan "Pasar Pojok Pramuka" ini bukan tanpa makna. Ini adalah sindiran keras yang mengarah pada pasar terkenal di Jakarta yang dulu kerap dikaitkan dengan peredaran ijazah palsu. Pernyataan inilah yang kemudian viral dan membakar kembali perdebatan di ruang publik.
Di sisi lain, pengamat politik Rokhmat Widodo punya pandangan lain. Menurutnya, sebenarnya solusinya sangat sederhana. Pemerintah tinggal membuka dokumen tersebut secara transparan. Drama yang sudah menghabiskan energi publik bertahun-tahun ini akan selesai dengan sendirinya.
Ia menambahkan, kegagalan menghadirkan dokumen asli selama lebih dari sepuluh tahun hanya memperkuat asumsi negatif masyarakat. Makin ditutup-tutupi, makin penasaran orang.
Pada akhirnya, polemik ijazah Jokowi ini sudah melampaui sekadar persoalan administratif. Isu ini telah berubah menjadi simbol ketidakpercayaan publik terhadap negara. Di media sosial, pertarungan narasi antara pendukung Jokowi yang menyebut isu ini hoaks politik, dengan kelompok yang yakin ada yang ditutup-tutupi, terus berlangsung panas. Bahkan setelah Jokowi lengser dari jabatannya, perdebatan ini masih menyisakan bara yang siap menyala anytime.
Artikel Terkait
Kaji Ulang Kasus ASDP, KPK Tinjau Kembali Langkah Hukum Pasca Rehabilitasi Presiden
Investasi Sulut Tembus Rp 8 Triliun, Target Rp 9,3 Triliun di 2025 Diyakini Tercapai
Bobby Nasution Kirim Bantuan Darurat ke Wilayah Sumut yang Terlanda Banjir Bandang
Damai Palsu di Manado: Korban Terluka, Pelaku Bebas Berkeliaran