Jurus Jitu Menembus Banjir Rilis Pers Ala Jurnalis

- Selasa, 25 November 2025 | 18:00 WIB
Jurus Jitu Menembus Banjir Rilis Pers Ala Jurnalis

Intinya, nilai berita adalah segalanya. Fokuslah pada dampak yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan atau program, bukan pada siapa pejabat yang menghadiri acara.

"Fokus pada dampak, bukan pejabat," tegasnya singkat.

Judul, Penentu Segalanya

Kembali ke soal judul. Ini benar-benar penentu. Menurut Rizki, judul jangan sampai "dipelintir" yang malah bikin salah paham. Struktur penulisannya sebaiknya mengikuti pola sederhana: siapa subjeknya, apa aksinya, dan apa dampaknya.

Hindari juga kata-kata normatif yang klise dan tidak jelas ujung pangkalnya. Sebut saja frasa seperti 'tingkatkan sinergi' atau 'tingkatkan kolaborasi'. Itu semua omong kosong bagi media. Sebaliknya, gunakan angka dan tunjukkan hasil nyata.

"Hindari kata normatif seperti ‘tingkatkan sinergi’, ‘tingkatkan kolaborasi’. Gunakan angka dan hasil," sarannya.

Aspek lain yang sering dianggap sepele adalah foto. Ini juga penentu. Foto sekumpulan orang berpose dengan latar belakang spanduk 'Jabar Istimewa' jelas kurang menarik. Bandingkan dengan foto close-up yang menangkap aksi atau emosi. Makanya, saat mengirim rilis, siapkan beberapa pilihan foto.

"Kalau cuma foto pose barengan ‘Jabar Istimewa’ kan kurang menarik, beda dengan foto-foto yang close-up action. Maka kirim foto harus beberapa alternatif," jelas Rizki.

Soal waktu pengiriman juga krusial. Rilis bisa dikirim pagi hari jika membutuhkan konteks yang lebih mendalam. Atau, kirim saat acara masih berlangsung, jangan nunggu selesai.

"Jangan saling tunggu dengan fotografer resmi," ucapnya.

Pesan terakhirnya sederhana tapi mendasar: menulislah untuk publik, bukan untuk atasan. Pembaca butuh cerita yang mengena, bukan sekadar laporan kegiatan yang kaku dan membosankan.

"Menulis untuk publik, bukan untuk atasan. Pembaca butuh cerita, bukan cuma laporan kegiatan," pungkas lulusan Jurnalistik Unpad itu.


Halaman:

Komentar