“Ada petir disertai hujan beberapa kali terlihat di sekitar Gunung Semeru, tapi belum ada peringatan untuk evakuasi. Saya lalu pulang ke rumah karena ada janjian dengan teman-teman membungkus kado untuk peringatan Hari Guru. Tiba-tiba ada bunyi peringatan jam 14.30 untuk meninggalkan rumah karena asap tebal mulai meninggi,” tuturnya.
Haryono, salah seorang guru di SDN Supiturang 2, menjelaskan bahwa untuk sementara sistem belajar dilakukan dengan bergantian. Setiap kelas mendapat jatah tiga jam.
“Kami masih mengusulkan lokasi di lapangan kosong menggunakan tenda untuk sekolah darurat, saat ini masih pendataan dulu di SDN Supiturang 1,” ujarnya sambil mengabsen satu per satu murid yang datang.
Erupsi Gunung Semeru tahun 2025 memang membawa dampak luar biasa. Aliran abu vulkanik dan material lainnya menenggelamkan dua dusun yang paling parah terdampak: Dusun Sumbersari dan Dusun Gumukmas di Desa Supiturang. Meski tak ada korban jiwa, kerusakan rumah mencapai 200 unit, 21 di antaranya rusak parah.
Ratusan personel Polri dan TNI dikerahkan untuk membantu evakuasi barang-barang warga yang masih bisa diselamatkan. Bantuan dari berbagai pihak pun terus berdatangan ke posko pengungsian.
Sampai saat ini, status Gunung Semeru masih di level 4 atau Awas. Masyarakat diimbau untuk tidak mendekat dalam radius 20 km dari kawah, karena erupsi sekunder masih mungkin terjadi terutama saat hujan deras.
Artikel Terkait
Notaris Pontianak Dihadang Penolakan Klien Isi Formulir Anti Pencucian Uang
Kalbar Perkuat Audit PMPJ untuk Awasi Kinerja Notaris
Pontianak Ditetapkan sebagai Kota Seribu Warkop, Pecahkan Rekor 1.035 Kedai
Densus 88 Ungkap Modus Baru Rekrutmen Teroris Lewat Gim Daring