Yang saya catat betul dari pertemuan itu: para seniman sedulur Sikep menyebut tiga nama yang selalu disebut dalam ritus mereka, bahkan yang paling sakral sekalipun Kanjeng Nabi Muhammad, Syekh Abdul Qadir Jaelani, dan Sunan Kalijaga.
Nuansa keislaman mereka juga kentara saat aksi penolakan pabrik semen di Kendeng. Para petani Sedulur Sikep berdemonstrasi sambil melantunkan Sholawat Bumi sebuah pujian pada Nabi Muhammad yang berisi ajakan merawat bumi.
"Ibu bumi wis maringi, Ibu bumi dilarani, Ibu bumi kang ngadili, La ilaha illallah, Muhammadur rasulullah"
Maka, sudah saatnya santri menulis ulang sejarah negeri ini. Biar kaum rahayu dunia maya yang suka menyebut Islam agama gurun paham bahwa kenyataan sejarah tak selalu sesuai narasi mereka.
Kenyataan itu pahit.
Memang, kenyataan itu sangatlah pahit.
(fb)
Artikel Terkait
Kantor Desa di Kapuas Hulu Ambruk, Didahului Kemiringan sejak Lama
Tunjangan Guru Honorer Naik, Kuota Beasiswa Ditingkatkan Pemerintah
Bandara Tanpa Izin di Morowali Buka Suara, TNI Dikerahkan ke Kawasan Tambang
Mendikdasmen Soroti Beban Berat Guru: Mereka Bukan Sekadar Pengajar