Suasana riang Canggu, Bali, mendadak muram Selasa (2/9) lalu. Sekitar pukul 11.00 WITA, seorang backpacker asal China, Deqing Zhuoga (25), ditemukan tak bernyawa di dalam kamar hostel tempatnya menginap. Perempuan berusia 25 tahun itu sebelumnya dilaporkan mengalami diare dan muntah-muntah.
Yang bikin situasi makin mencekam, ternyata ada enam turis lain yang nginep di tempat yang sama mengalami gejala serupa. Mereka harus dilarikan ke rumah sakit. Untungnya, setelah mendapat perawatan, kondisi mereka membaik dan dinyatakan sembuh.
Keenam turis itu berasal dari berbagai negara. Ada Melanie Irene (22) dan Alisa Kokonozi (22), keduanya warga negara Jerman. Lalu ada juga Mingmin Lei (37) dan Zhou Shanshan (29) dari China. Kemudian Alahmadi Yousef Mohammed (26) dari Arab Saudi, serta Cana Clifford Jay (27) asal Filipina.
Lantas, bagaimana kronologi lengkapnya hingga Deqing Zhuoga meninggal dunia?
Awal Mula di Agustus
Semuanya berawal ketika Deqing check in ke hostel itu pada 12 Agustus 2025. Menurut penyelidikan polisi, menariknya, dia cuma sekali makan di hostel itu, yaitu tepat setelah dia tiba dan mendaftar.
Hal ini diungkapkan oleh Aiptu Ni Nyoman Ayu Inastuti, Pejabat Sementara Kasubsipenmas Polres Sihumas Polres Badung.
"Berdasarkan data yang ada di petugas resepsionis, Deqing tidak pernah memesan makanan di hostel. Deqing hanya pernah makan di hostel Clandestino sebanyak 1 kali saja yakni di tanggal 12 Agustus 2025, saat pertama kali menginap," jelasnya pada Jumat (21/11).
Kondisi Memburuk di September
Keadaan mulai berubah drastis pada 1 September. Sekitar pukul 8 malam, Deqing mengeluh sakit kepala dan punggungnya ke resepsionis. Cuma 15 menit kemudian, keluhannya berlanjut. Seorang karyawan pun menengoknya ke kamar dan menemukan Deqing dalam keadaan lemas sambil muntah-muntah.
Karyawan menawarkan makanan, tapi ditolak. Deqing malah minta pisang dan air putih saja.
Khawatir dengan kondisinya, karyawan kembali mengecek pada pukul 23.30 WITA. Saat itu, tubuh Deqing semakin lemas. Akhirnya, dia dibawa ke klinik menggunakan transportasi online.
Pukul 00.30 WITA, mereka tiba di klinik. Sayangnya, Deqing menolak dirawat karena terkendala biaya yang sekitar Rp 3 juta. Dokter memberinya resep obat, yang kemudian dibelinya di apotek, sebelum akhirnya dia kembali ke hostel bersama sang karyawan.
Artikel Terkait
Dandim 1710/Mimika Turun Langsung, Dengarkan Aspirasi Warga Kampung Kekwa
Sjafrie Buka Suara Soal Rencana 150 Batalion dan Dukungan DPR
Indonesia Siapkan Pasukan Perdamaian dengan Komando Jenderal Tiga Bintang untuk Gaza
Desakan Internal PBNU Percepat Penetapan Tersangka Kasus Kuota Haji