Tak berhenti di situ, ada hal lain yang akan dipelajari Polri. Mereka sedang mencari model yang tepat untuk membedakan antara massa yang menyampaikan kebebasan berpendapat dan situasi yang berpotensi berkembang menjadi rusuh. Ini penting karena penanganannya pasti berbeda.
Sigit menekankan, penanganan kerusuhan harus terukur dan yang paling utama: menghindari korban jiwa.
"Kita akan melihat model-model yang ada sehingga kemudian kita mendapatkan satu pola yang benar, yang terukur untuk membedakan mana yang melakukan kebebasan berpendapat," jelasnya panjang lebar. "Di satu sisi kita menjaga atau meng-cluster agar pada saat ada aksi rusuh massa ini juga bisa kita tangani tentunya dengan terukur dengan menghindari potensi terjadinya korban jiwa."
Dalam dinamika keamanan yang terus berubah, Sigit menegaskan Polri harus semakin adaptif. Tekad ini disampaikannya di hadapan para peserta apel.
"Intinya kita harapkan dengan Apel Kasatwil ini, tentunya ini menjadi semangat Polri untuk kemudian mengkonsolidasikan ulang dan kemudian mewujudkan institusi Polri yang lebih responsif, adaptif," katanya. Harapannya, Polri bisa betul-betul mewujudkan institusi yang sesuai harapan masyarakat.
Acara itu sendiri juga menghadirkan pembicara lain yang tak kalah kompeten. Tampak hadir Ketua Tim Reformasi Polri Prof Jimly Asshiddiqie dan Prof Mahfud MD yang turut memberikan pandangannya.
Artikel Terkait
Pigai dan Pejabat Kamboja Bahas Nasib Pekerja Migran di Phnom Penh
Gencatan Gaza Retak, Korban Sipil Berjatuhan di Bawah Janji Damai
Memuliakan Guru: Kewajiban Sepanjang Masa, Bukan Hanya Seremonial
Sopir Minibus Ditetapkan Tersangka, Lima Turis Tewas dalam Kecelakaan Maut di Bali