Najib Azca, salah seorang pejabat NU, mengonfirmasi pada Reuters bahwa kontroversi ini memang berawal dari kedatangan Berkowitz. Mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS itu diundang sebagai pembicara dalam acara pelatihan internal.
Berkowitz sendiri bukan nama baru dalam perdebatan mengenai konflik Israel-Palestina. Di situs pribadinya, ia kerap menulis artikel yang mendukung langkah-langkah Israel di Gaza. Bahkan pada pertengahan September lalu, ia secara khusus menulis artikel berjudul "Debunking Genocide Allegations Against Israel" yang intinya membantah tudingan genosida terhadap Israel.
Kedatangan Berkowitz di acara NU ini jelas menuai kecaman. Bagi banyak kalangan di organisasi tersebut, mengundang pembicara yang berpandangan pro-Israel dianggap sebagai langkah yang tidak sensitif, apalagi di tengah situasi konflik yang masih memanas.
Sekarang, semua mata tertuju pada Staquf. Akankah ia mengundurkan diri dalam tenggat waktu yang diberikan? Atau justru memilih bertahan dan menghadapi konsekuensinya? Situasi ini benar-benar menguji kepemimpinannya.
Artikel Terkait
Gus Yahya Siap Dengar Nasihat Kiai Sepuh di Tengah Polemik Surat Mundur
Guy Pearce Semburkan Amarah: Saya Muak pada Israel
Pengendara di Pontianak Abadikan Detik-Detik Speedometer Nyalip 100 Ribu Kilometer
Kritik Mengemuka: Pengiriman Pasukan TNI ke Gaza Dikhawatirkan Jadi Alat AS-Israel