Sindiran Dapat Orderan dari Mana? Warnai Kritik untuk Wacana Amandemen Kelima Jimly

- Sabtu, 22 November 2025 | 12:50 WIB
Sindiran Dapat Orderan dari Mana? Warnai Kritik untuk Wacana Amandemen Kelima Jimly

Ia punya pandangan keras. "Pelaku amandemen UUD 45 semuanya lingkup dibawah tekanan kekuatan AS (CIA) untuk mengubah UUD 45 menjadi UUD 2002," ucapnya.

Pandangan ini sejalan dengan pendapat Prof. Yusril Ihza Mahendra. Menurut Yusril, mandat awal amandemen UUD 1945 sebenarnya sangat terbatas. Hanya tiga poin utama: memperjelas masa jabatan presiden, mengatur ulang keanggotaan MPR, dan memasukkan ketentuan HAM.

Namun dalam pelaksanaannya, amandemen malah merembet ke mana-mana. "Yang awalnya hanya ditujukan untuk membatasi masa jabatan presiden, pada akhirnya merembet hingga menurunkan fungsi MPR dari lembaga tinggi," jelas Sutoyo, mengutip pernyataan Yusril dari 4 Mei 2018.

Pertemuan Jimly dengan Megawati pada Jumat, 21 November 2025, semakin memantik kecurigaan. Di kediaman Megawati, Jimly didampingi Prof. Mahfud MD menyerahkan buku karyanya berjudul "Menuju Perubahan Kelima UUD NRI Tahun 1945".

"Buku tersebut belum diketahui masyarakat luas isinya," kata Sutoyo. Ia khawatir ini adalah langkah awal untuk memuluskan amandemen kelima UUD 2002 yang kerap diklaim sebagai UUD 45.

Dengan nada getir, Sutoyo menyatakan bahwa Jimly seolah tak menyadari kerusakan negara sudah sangat parah. Peluang perbaikan justru ada pada kembali ke UUD 45 asli, dengan menyempurnakan tiga poin reformasi melalui addendum.

"Secara pribadi saya curiga Prof. Jimly Asshiddiqie ada pesanan darimana lagi," tegasnya. Ide amandemen ini, baginya, harus ditolak. Alasannya jelas: hanya akan memperparah negara dan memicu percekcokan konstitusi yang meluas.


Halaman:

Komentar