Gending Raja Manggala dan Jaga Warga: Ketika Yogyakarta Pilih Empati Ketimbang Represi

- Jumat, 21 November 2025 | 20:48 WIB
Gending Raja Manggala dan Jaga Warga: Ketika Yogyakarta Pilih Empati Ketimbang Represi

Gending itu, lanjut Sultan, bukan sekadar musik. “Gema Gending Raja Manggala, yang mengalun saat itu, adalah sebuah penanda, bahwa di tengah kegelisahan, kita tetap menghormati para demonstran, sebagai warga yang menyuarakan harapan.”

Ia yakin, ketenteraman akan terpelihara jika Polri dan masyarakat menjalankan perannya dengan penuh ketepatan dan ketulusan. “Akhirnya, bila Polri bekerja dengan ‘tata, titi, tatas, titis’, dan Jaga Warga melangkah dengan ‘tanggap, tangguh, tuntas’, maka Yogyakarta akan senantiasa berada pada suasana ‘titi tentrem, karta raharja’,” tuturnya.

Kapolri: Utamakan Musyawarah sebelum Hukum

Di sisi lain, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengapresiasi pendekatan yang digaungkan Sultan. Menurutnya, sinergi antara Polri dan Jaga Warga adalah kunci stabilitas sosial di DIY. Ia menekankan, penyelesaian masalah lewat musyawarah dan kearifan lokal harus didahulukan sebelum penegakan hukum formal.

“Jadi ini tentunya menjadi satu kekuatan bersama, untuk bersama-sama menjaga DIY, menjaga keteraturan sosial dan dengan melakukan pendekatan, dengan menyelesaikan segala permasalahan dengan kearifan lokal, dengan musyawarah,” ujar Sigit.

“Sebelum kita melakukan hal-hal yang diatur dalam hukum positif, saya kira ini sangat baik dan sangat bermanfaat,” sambungnya.

Ia berharap nilai-nilai yang digelorakan Sultan bisa terus menjadi pedoman. Bukan hanya untuk hari ini, tapi juga untuk masa depan Yogyakarta. “Dan kita harapkan ke depan, harapan kita bersama untuk mewujudkan masyarakat yang aman, sejahtera, seperti yang disampaikan oleh Ngarsa Dalem,” pungkasnya.


Halaman:

Komentar