Bila Soeharto Kembali: Stabilitas dan Tangan Besi untuk Ekonomi yang Carut-Marut

- Jumat, 21 November 2025 | 11:25 WIB
Bila Soeharto Kembali: Stabilitas dan Tangan Besi untuk Ekonomi yang Carut-Marut

Di sisi lain, mafia yang kebablasan pasti akan ditindak tegas. Bukan diundang rapat, tapi dipotong jalurnya. Memang di era Orba korupsi tetap ada, tapi setidaknya masih "rapi dan terkendali". Bandingkan dengan sekarang yang terkesan acak dan liar. Bagi Soeharto, model begini tidak profesional sama sekali.

Lalu soal pangan. Ia mungkin akan kembali menggalakkan swasembada dengan gaya baru. Kartel-kartel pangan yang bermain akan disapu bersih. Caranya? Dipanggil, diajak bicara baik-baik, dengan senyum. Tapi semua yang terlibat paham, itu bukan ajakan diskusi, melainkan peringatan halus yang sangat tegas.

Penutup "Soeharto Bukan Kembali untuk Berkuasa, Tapi Menertibkan"

Dalam skenario fiksi politik ini, Soeharto tidak datang untuk menggulingkan siapa-siapa. Ia tidak haus jabatan lagi. Yang ia bawa adalah figur stabilitas, seperti jam dinding tua yang meski kuno, jarumnya tetap bergerak tepat.

Setelah semuanya tenang—partai bersatu, ekonomi membaik, pejabat gaduh tergantikan oleh yang berkualitas—ia mungkin hanya akan berucap singkat:

"Wis to, saiki kowe kabeh sing nerusake. Negara iki ora butuh ribut. Butuh kerja."

Lalu ia pergi lagi. Meninggalkan Indonesia dalam ketenangan yang mirip era 1970-an, tapi kali ini—mudah-mudahan—tanpa membungkam suara kritis seperti dulu.

Benz Jono Hartono Praktisi Media Massa, Vice Director Confederation ASEAN Journalist (CAJ) PWI Pusat dan Executive Director HIAWATHA Institute di Jakarta


Halaman:

Komentar