Alasannya jelas. Menurut Zulhas, proses penyelenggaraan program, terutama soal menu, harus bisa diukur dengan benar. Tanpa ahli, sulit menjamin kualitas gizi yang diberikan.
Tak cuma itu, Zulhas juga berharap para ahli gizi ini bisa lebih proaktif mengawasi makanan yang beredar, terutama di sekitar sekolah. Dia geram melihat kebiasaan anak-anak jajan minuman manis dan permen. "Anak-anak ini suka kena penyakit gula," ujarnya, menyoroti tingginya kasus penyakit gula di Indonesia, yang kini tak hanya menyerang orang dewasa.
Jadi, kolaborasi antara BGN dan Persagi bukan sekadar formalitas. Ini langkah krusial untuk memastikan program ini tak sekadar gratis, tapi juga benar-benar bergizi.
Artikel Terkait
Nha Trang Berubah Jadi Lautan, 41 Nyawa Melayang Akibat Banjir Dahsyat
Video Pengeroyolan Siswa di Losarang Diklaim Sekolah Hanya Kelewat Batas
21 Tahun Jadi Budak di Negeri Jiran, Tangis Ibu Ini Pecah Saat Jumpa Virtual dengan Cucu
41 Dapur MBG di Bawah Kendali Putri Wakil DPRD Sulsel, Muncul Tanda Tanya