Catatan dari Najih Ibn Abdil Hameed
Direktur Ponpes Darul Istiqomah Bojonegoro
Mohon maaf bagi yang merasa tersinggung.
Pertanyaannya sederhana: apakah benar semua anak Indonesia mengalami stunting dan butuh perbaikan gizi? Jawabannya jelas tidak. Data tahun 2024 menunjukkan hanya 4,4 juta anak atau sekitar 19,8% yang benar-benar mengalami stunting. Jadi seharusnya, program Makanan Bergizi Berimbang (MBG) cukup menyasar mereka yang memang membutuhkan.
Di sisi lain, ada fakta yang justru bertolak belakang. Data tahun 2023 mengungkap prevalensi kegemukan atau obesitas mencapai 19,7% pada anak usia 5-12 tahun dan 16% pada usia 13-15 tahun. Artinya, banyak anak justru kelebihan nutrisi, bukan kekurangan.
Lalu mengapa program MBG harus menyasar 82,5 juta anak secara seragam? Padahal sebagian besar tidak memerlukan nutrisi tambahan. Menurut pengamatan saya, yang lebih mereka butuhkan sebenarnya adalah guru-guru berkualitas dengan metode pengajaran yang baik, dilengkapi buku, film edukasi, laboratorium, dan tempat praktik yang memadai.
Ada yang berargumen kita harus mencontoh Jepang dalam hal pemberian makanan bernutrisi. Tapi realitanya, banyak produk MBG yang beredar justru tidak memenuhi standar gizi. Yang lebih memprihatinkan, tidak ada dimensi pendidikan tentang pentingnya gizi seimbang dalam program ini. Bahkan ada anggota DPR yang dengan enteng menyatakan MBG tidak memerlukan ahli gizi.
Artikel Terkait
Kobaran Api Ganggu Perundingan Alot di KTT Iklim Brasil
Kebakaran di RS PMC Subang, Pasien Dievakuasi Usai Korsleting Landa Ruang Petugas
Polisi dengan Riwayat Skizofrenia Amuk Warga di Depan Polda Sumut
25 Demonstran Dihadiahi Dakwaan JPU Usai Ricuh Gedung DPR