Pujian pun berdatangan. Perdana Menteri New South Wales, Chris Minns, secara khusus menyebut nama Ahmed. “Tanpa keberaniannya yang tanpa pamrih, lebih banyak nyawa yang akan hilang,” ujar Minns. Sebuah pengakuan resmi yang pantas didapatkannya.
Lalu, siapa sebenarnya Ahmed El Ahmed? Dia adalah warga Suriah yang sudah menetap di Sydney lebih dari sepuluh tahun. Sejak 2021, dia mengelola sebuah toko tembakau dan minimarket di Sutherland, kawasan selatan Sydney. Hidupnya sederhana. Dia juga seorang ayah dari dua anak perempuan, yang masih kecil-kecil, usia lima dan enam tahun.
Saat ini tokonya terpaksa ditutup sementara. Kondisi Ahmed masih perlu perawatan intensif. Dia sudah menjalani satu operasi dan kemungkinan butuh dua atau tiga operasi lagi untuk pemulihan total.
Nah, soal pelaku. Polisi menembak mati seorang pria berusia 50 tahun di lokasi, yang diduga sebagai otak penembakan. Namanya Sajid Akram. Putranya, Naveed Akram (24), dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Korban jiwa dari peristiwa mengerikan ini mencapai 16 orang, termasuk satu pelaku. Sedangkan puluhan lainnya, sekitar 40 orang, mengalami luka-luka.
Menurut sejumlah laporan, insiden ini diduga menargetkan kelompok Yahudi yang sedang merayakan Hanukkah atau Festival Cahaya. Bondi sendiri dikenal sebagai kawasan dengan populasi Yahudi yang signifikan. Saat kejadian, diperkirakan ada seribu orang yang berkumpul di sana untuk perayaan itu. Suasana sukacita tiba-tiba berubah jadi mimpi buruk.
Kini, sementara Ahmed berjuang pulih di rumah sakit, kisahnya jadi pengingat tentang kemanusiaan di tengah tragedi. Tentang satu keputusan berani yang mengubah segalanya.
Artikel Terkait
Hanukkah Berdarah di Bondi: Kisah Kelam Rabbi Schlanger dan Duka Sydney
Foto-Foto Epstein Bocor, Wajah Trump hingga Clinton Tersorot
Kim Jong-un Tembak Mati Puluhan Pejabat Gagal Tangani Banjir Mematikan
Iran Sindir AS: Drone Shahed-136 Kami Ditiru, Bukti Teknologi Kami Diakui