Pengamat: Jokowi dan Keluarga Panik Ditinggalkan Kawan dan Kena Kasus Bertubi-Tubi!

- Jumat, 18 Juli 2025 | 14:15 WIB
Pengamat: Jokowi dan Keluarga Panik Ditinggalkan Kawan dan Kena Kasus Bertubi-Tubi!


Tujuannya adalah untuk mengaburkan prestasi selama dua periode kepemimpinannya.


"Ini perasaan politik saya mengatakan ada agenda besar politik untuk menurunkan reputasi politik, untuk men-downgrade," ujar dia.


"Termasuk itu (isu pemakzulan) jadi ijazah palsu, pemakzulan Mas Wapres, saya kira ada agenda besar politik," ucap Jokowi menegaskan.


Meski merasakan adanya agenda tersebut, Jokowi mengaku menanggapinya dengan santai. 


"Ya buat saya biasa-biasa aja lah dan biasa, ya bisa," imbuh dia.


Namun, bagi Ray Rangkuti, kondisi ini memperjelas hilangnya kawan seperjuangan Jokowi akibat dinamika politik terakhir.


"Perseteruannya dengan PDIP dengan sendirinya membuat kawan eratnya hilang. Di politik, teman untung sangat mudah didapatkan. Tapi belum tentu teman rugi. Pak Jokowi, nampaknya, mendapat banyak teman untung, tapi tidak untuk teman rugi," imbuhnya.


Blak-blakan, Rocky Gerung Sebut Jokowi Alami Gangguan Jiwa: Mau Jadi Begal Lagi Dia?


Pengamat politik Rocky Gerung kembali melontarkan kritik tajam terhadap mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi). 


Dalam pernyataannya yang disampaikan melalui sebuah diskusi, Rocky secara blak-blakan menyebut bahwa sikap politik Jokowi saat ini menunjukkan adanya 'gangguan kejiwaan'.


Ia menilai ambisi Jokowi untuk terus mencengkeram kekuasaan justru mengindikasikan ketakutan mendalam akan kehilangan kendali.


Rocky mengawali pandangannya dengan menyebut perlunya masyarakat Indonesia bergerak dari politik dendam masa lalu menuju politik yang lebih optimis.


Namun menurutnya, hal tersebut sulit tercapai jika elite kekuasaan, khususnya Jokowi, terus mempertahankan dominasi dengan membangun jaringan politik baru pasca-pemerintahannya.


"Kita harus mulai dengan semangat baru, politics of hope, bukan terus-menerus dalam politics of memory. Kalau ini tidak dibuka, semua akan menggumpal. Seolah-olah tidak ada masalah. Padahal ada," ujar Rocky dalam kanal Youtube Akbar Faizal.


Rocky lalu membandingkan sikap Jokowi dengan presiden terdahulu, Soeharto, yang memilih mundur di tengah tekanan reformasi dan membiarkan proses hukum berjalan.


"Dulu Pak Harto mengundurkan diri, lalu diproses hukum, meski kemudian meninggal. Tapi Jokowi masih berusaha bertahan, membentuk koalisi baru, menggalang opini publik, seolah ingin tetap menguasai peta politik nasional," katanya.


Menurut Rocky, tindakan-tindakan Jokowi akhir-akhir ini, termasuk manuver untuk menguasai partai-partai dan wacana menjadi Ketua Umum PSI, adalah indikasi bahwa Jokowi belum siap melepaskan kekuasaan.


"Ini menunjukkan ini orang mo jadi begal lagi?" sindir Rocky.


Rocky mempertanyakan apa sebenarnya yang diinginkan Jokowi dari seluruh manuver politik tersebut, mengingat pada masa lalu Jokowi pernah menyatakan keinginannya untuk menjadi 'pertapa politik' setelah lengser dari jabatan.


"Apa sebenarnya yang diinginkan Jokowi? Padahal dulu dia bilang ingin jadi pertapa politik. Tapi sekarang ingin jadi Ketua PSI, mengendalikan partai-partai, dan sebagainya," ucapnya.


Dari pengamatan itu, Rocky menyimpulkan bahwa Jokowi tidak hanya mengalami kecanduan terhadap kekuasaan, tetapi sudah menunjukkan gejala psikologis yang lebih dalam.


"Satu metal yang akhirnya kita rumuskan bahwa ada gangguan kejiwaan, bukan sekadar kecanduan kekuasaan, tapi ketakutan kehilangan kekuasaan," tegas Rocky.


Ia menggambarkan karakter Jokowi sebagai sosok yang tampak sederhana dari luar, namun menyimpan ambisi kekuasaan yang sangat besar di dalam.


"Semua ditanam kembali demi mempertahankan kendali. Inilah karakter psikologis Pak Jokowi yang tampak sederhana di luar, tapi menyimpan ambisi besar di dalam," ujarnya.


Sumber: Suara


Halaman:

Komentar