Di sisi lain, Muslim menyebutkan bahwa isu ini makin kompleks. Beberapa peneliti dari Eropa dan Amerika Serikat dilibatkan oleh Dokter Tifa untuk meneliti keaslian ijazah tersebut. Hal ini, menurutnya, mengangkat kasus ini ke tingkat yang lebih serius dan internasional. “Ini akhirnya makin serius dan tidak bisa dianggap sepele lagi,” tuturnya, terutama bagi Presiden Prabowo.
Kredibilitas Indonesia di mata dunia ilmiah, kata Muslim, dipertaruhkan di sini. Sikap pemerintah dinilai akan menjadi penentu. “Prabowo jangan lagi bilang Pak Jokowi itu hopeng saya,” jelasnya. Membela Jokowi dalam dugaan seperti ini, sementara ada pihak yang menyatakan ijazah itu 99,9 persen palsu, dianggapnya mempertaruhkan nama baik bangsa.
Namun begitu, Muslim pesimis kasus ini akan bergerak selama Kapolri Listyo Sigit Prabowo dan Rektor UGM Ova Emilia masih berada di posisinya. Ia membandingkan: Hellyana bisa ditetapkan tersangka berdasarkan laporan seorang mahasiswa. Sementara untuk Jokowi, ada tiga alumni UGM yang serius mengusut dugaan ini, tapi belum ada titik terang.
Pertanyaan terakhirnya bernada keras, sekaligus mengingatkan pada sejarah. “Publik dan netizen terus bertanya, kapan Jokowi ditetapkan tersangka? Apakah harus jutaan rakyat turun ke jalan dulu, seperti gerakan 212 yang akhirnya membuat Ahok ditetapkan sebagai tersangka?” pungkasnya. Desakan itu menggantung, menunggu jawaban yang belum jelas wujudnya.
Artikel Terkait
Kafe-Kafe Ridwan Kamil Jadi Sorotan KPK, Diduga Tak Masuk Laporan Kekayaan
KPK Telusuri Jejak Vendor Abadi di Kasus Suap Bupati Bekasi
Kasus Ijazah Palsu Wagub Babel: Netizen Soroti Perbedaan Penanganan dengan Kasus Jokowi
Pakar Hukum Usul Penahanan untuk Dorong Kasus Ijazah Jokowi