Dokter Tirta Bongkar Risiko Mematikan di Balik Lari Ekstrem

- Selasa, 09 Desember 2025 | 12:15 WIB
Dokter Tirta Bongkar Risiko Mematikan di Balik Lari Ekstrem

Dua partisipan meninggal dalam ajang Siksorogo Lawu Ultra 2025. Tragedi ini memancing respons dari dokter sekaligus influencer, Dokter Tirta, yang memberikan penjelasan medis terkait risikonya. Intinya, ia mengingatkan ada bahaya besar saat tubuh dipaksa melampaui batasnya dalam olahraga ekstrem semacam itu.

Lewat unggahan di Instagram, Tirta membeberkan bahwa sebenarnya tubuh kita punya alarmnya sendiri. Sebelum kondisi fatal terjadi, biasanya ada tanda-tanda peringatan. Rasa lemas yang tiba-tiba datang, sesak napas, atau perubahan fisik tertentu semua itu harus ditanggapi dengan serius oleh peserta. Jangan diabaikan.

“Semua penyakit akan memberikan alarm terlebih dahulu kepada tubuh,” jelasnya.

Yang perlu dicatat, serangan jantung pada pelari bisa terjadi meskipun penampilan mereka terlihat bugar. Menurut Tirta, beban kerja jantung melonjak drastis saat menghadapi trek dengan elevasi atau ketinggian yang ekstrem.

Di sisi lain, faktor yang disebut ‘elevation gain’ (EG) punya peran besar dalam risiko medis ini. Kenaikan elevasi itu setara dengan intensitas olahraga yang jauh lebih berat dibanding sekadar lari di jarak yang sama di lintasan datar. Ambil contoh, rute 15 kilometer dengan EG sekitar 1500 meter. Beban yang dirasakan tubuh bisa sama seperti menempuh 27 kilometer. Tekanan semacam ini, tanpa persiapan matang, berpotensi memicu kelelahan ekstrim hingga gangguan pada jantung dan pembuluh darah.

“Karena kita berhadapan juga dengan cuaca yang tidak menentu,” tambah Tirta.

Ya, cuaca memang jadi variabel lain. Ditambah lagi kemiringan jalur dan kondisi oksigen di ketinggian, semua itu mempengaruhi kerja organ vital kita. Faktor-faktor alamiah ini seringkali membuat tubuh lebih cepat capai daripada yang kita perkirakan.

Nah, menurut pengamatannya, banyak kasus fatal justru terjadi ketika sinyal dari tubuh sudah diberikan tapi diabaikan oleh peserta. Entah karena terlalu bersemangat, atau memang tidak paham. Ketidaktahuan terhadap tanda bahaya itulah yang kerap memperbesar risiko.

Dokter Tirta berharap masyarakat paham, event trail running bukan sekadar lari biasa. Ada aspek medis yang wajib dipertimbangkan matang-matang sebelum memutuskan ikut.


Halaman:

Komentar