Ngobrol Sebentar dengan Orang Tua, Kok Hati Langsung Panas? Ini Penjelasan Psikologisnya

- Kamis, 25 Desember 2025 | 22:06 WIB
Ngobrol Sebentar dengan Orang Tua, Kok Hati Langsung Panas? Ini Penjelasan Psikologisnya

Bisa juga karena memang tidak pernah ada ruang untuk bicara. Setiap mencoba jujur, malah dianggap membantah. Akhirnya memilih diam, tapi hati tetap sakit.

Pola asuh yang keras, dingin, atau tidak konsisten juga berperan. Kadang disayang, kadang diabaikan. Hasilnya? Kebingungan emosional yang terbawa sampai dewasa. Belum lagi, seringkali orang tua sendiri membawa luka dari generasinya yang belum sembuh, lalu tanpa sadar 'diwariskan' lewat cara mereka berkomunikasi.

Kalau Dibiarkan, Apa Dampaknya?

Risikonya jelas. Kita akan terjebak dalam siklus komunikasi yang toksik dan melelahkan. Selalu merasa seperti anak kecil yang tidak punya suara. Rasa bersalah dan lelah emosional menumpuk setiap hari, membuat inner child semakin terluka. Pada titik tertentu, hubungan bisa renggang, bahkan putus sama sekali.

Intinya, emosi yang tidak diproses tidak akan menguap begitu saja. Ia akan mencari celah untuk keluar, entah lewat kemarahan yang meledak, kelelahan mental, atau jarak yang sengaja kita ciptakan.

Lalu, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Pertama, coba akui dan sadari perasaanmu. Emosi itu valid adanya. Merasa marah atau kecewa bukan berarti kamu anak yang durhaka. Itu artinya kamu adalah manusia yang pernah terluka.

Kedua, coba validasi luka dari inner child-mu. Ucapkan dalam hati, "Nggak apa-apa merasa seperti ini. Aku mengerti."

Menulis juga bisa jadi jalan keluar yang ampuh. Journaling memberikan ruang aman untuk mengeluarkan semua yang dulu tak sempat terucap.

Kalau interaksi itu terlalu menyakitkan, memberi jarak sementara bukanlah dosa. Itu bentuk perlindungan diri, agar punya ruang untuk bernapas dan menyembuhkan luka.

Dan yang terpenting, jangan ragu cari bantuan profesional. Seorang terapis bisa membantumu memproses semua unfinished business ini dengan cara yang sehat dan terarah.

Jadi, lain kali kamu merasa emosi meluap saat ngobrol dengan orang tua, ingatlah: mungkin yang sedang bereaksi bukanlah "dirimu yang sekarang", melainkan versi kecil dirimu yang dulu, yang masih butuh dimengerti.

Dan itu wajar saja. Kamu tidak gagal menjadi anak yang baik. Kamu hanya sedang berusaha memahami luka yang dulu terpaksa kamu pendam. Menghormati orang tua dan menghargai perasaan sendiri, dua hal itu bisa berjalan beriringan. Kita bisa melakukannya.


Halaman:

Komentar