Rebranding Pasar Senen Jadi Pusat Brand Lokal: Respons Pedagang & Rencana Pemerintah
Pasar Senen Jakarta diproyeksikan mengalami transformasi besar. Pasar yang lama dikenal sebagai pusat thrifting atau penjualan pakaian bekas ini direncanakan akan direbranding menjadi pusat produk dan brand lokal. Kebijakan ini menuai beragam tanggapan, terutama dari para pedagang yang telah puluhan tahun menggantungkan hidupnya di sana.
Kekhawatiran Pedagang Pasar Senen Soal Rebranding
Marijan (56), pedagang jas dan blazer bekas sejak 1991, menyoroti potensi dampak rebranding terhadap skema bisnis yang telah berjalan. Selama ini, ia beroperasi dengan sistem consignment, di mana barang dagangan disuplai tanpa modal awal dan baru dibayar setelah laku. Ia mempertanyakan apakah model bisnis brand lokal dapat mengakomodir sistem serupa.
"Sampai ratusan juta utang sama bos-bos itu (penyuplai). Apa pemerintah mau begitu? Apa UKM yang bikin-bikin di sana sanggup ngasih utang dulu? Dijual dulu baru dikasih duit," ujar Marijan.
Perspektif Lain tentang Ancaman bagi Brand Lokal
Merespons anggapan pemerintah bahwa pakaian bekas impor menghambat brand lokal, Marijan justru melihat ancaman yang lebih besar. Menurutnya, fokus seharusnya pada membanjirnya pakaian baru impor yang mendominasi pasar.
"Mending yang gede dulu habisin. Semua dari China sekarang, pakaian baru, pakaian muslim juga. Sekarang di Tanah Abang itu kan yang menghantam produk dan brand lokal," tambahnya.
Artikel Terkait
IHSG Cetak All-Time High Baru, Tembus Level 8.434!
Update Harga Minyak Mentah, Batu Bara, dan Nikel Hari Ini Menguat, CPO Melemah
Redenominasi Rupiah 2025: Rp1.000 Jadi Rp1, Ini Rencana Lengkap & Dampaknya
Pasar Saham AS Berakhir Campur: Nasdaq Turun, S&P 500 dan Dow Naik Tipis