Terungkap! Alasan Nyata Bank di Indonesia Ogah-ogahan Biayai Proyek Energi Terbarukan

- Kamis, 30 Oktober 2025 | 16:48 WIB
Terungkap! Alasan Nyata Bank di Indonesia Ogah-ogahan Biayai Proyek Energi Terbarukan

Pembiayaan dari perbankan untuk sektor energi terbarukan di Indonesia masih dinilai sangat minim. Kondisi ini ternyata dilatarbelakangi oleh sejumlah pertimbangan mendasar dari pihak bank itu sendiri.

Faktor Utama: Menghindari Kerugian

Menurut Agung Budiono, Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia CERAH, faktor utama yang menghambat pembiayaan adalah loss avoidance atau keinginan untuk menghindari kerugian. Bank dinilai belum memprioritaskan faktor keuntungan, melainkan lebih fokus pada mitigasi risiko dampak jangka panjang dari pembiayaan yang mereka salurkan ke sektor energi terbarukan.

Hal ini diperkuat oleh temuan Yayasan Indonesia CERAH yang mengungkap tiga faktor pendorong utama dalam pembiayaan energi terbarukan oleh institusi keuangan. Faktor menghindari kerugian menempati posisi teratas dengan persentase mencapai 47%. Disusul oleh faktor pencarian keuntungan atau benefit oriented sebesar 16%, dan mandataris kebijakan sebesar 14%. Pola ini menunjukkan bahwa investor institusional cenderung bersikap defensif, bukan ofensif, dalam mendanai proyek energi terbarukan.

Ketimpangan yang Mencolok: Batu Bara vs Energi Terbarukan

Agung juga mengungkapkan fakta bahwa dari tahun 2021 hingga 2024, empat bank BUMN (Himbara) dan satu bank swasta masih memberikan porsi portofolio yang jauh lebih besar kepada pembiayaan batu bara dibandingkan dengan energi terbarukan.

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per tahun 2024 memperjelas ketimpangan ini. Kredit yang mengalir ke sektor pertambangan mencapai angka lebih dari Rp 500 triliun. Sementara itu, pembiayaan untuk sektor energi terbarukan hanya sebesar Rp 55 triliun, yang menunjukkan porsi yang masih sangat kecil.


Halaman:

Komentar