Saham Boy Thohir (AADI, ADMR, ADRO) Meledak: Target Harga Baru dan Proyeksi Dividen 16% yang Bikin Investor Tergoda

- Kamis, 30 Oktober 2025 | 11:05 WIB
Saham Boy Thohir (AADI, ADMR, ADRO) Meledak: Target Harga Baru dan Proyeksi Dividen 16% yang Bikin Investor Tergoda

Belanja modal besar akan berakhir tahun ini, dan ke depan hanya difokuskan pada pemeliharaan senilai USD220-USD250 juta per tahun. Kondisi ini diperkirakan meningkatkan arus kas bebas dan mendukung pembayaran dividen yang stabil. AADI—yang merupakan hasil spin-off dari ADRO—juga tengah menjalankan program pembelian kembali saham hingga RUPS 2026.

Dari sisi pasar, UOB Kay Hian mencatat musim dingin berpotensi mengangkat harga batu bara global. Secara historis, harga Newcastle 6.000 rata-rata naik 72% dari kuartal pertama ke kuartal keempat dalam periode 2021–2024. Pola musiman ini memberi angin segar bagi produsen seperti AADI, yang 75% volume penjualannya berasal dari ekspor.

UOB menetapkan rekomendasi beli untuk saham AADI dengan target harga Rp13.000 per unit.

Proyeksi Harga Batu Bara Metalurgi dan Kinerja ADMR

Ajaib Sekuritas memperkirakan harga batu bara metalurgi global masih akan bertahan tinggi hingga 2027, dengan rata-rata sekitar USD200 per ton pada 2026. Kenaikan ini didorong meningkatnya permintaan dari India dan Asia Tenggara di tengah pasokan global yang ketat.

Produksi baja India diperkirakan melonjak dari 143 juta ton pada 2024 menjadi lebih dari 180 juta ton pada 2027, mendorong impor batu bara metalurgi naik 10–12% per tahun. Australia—pemasok utama lebih dari 50% batu bara metalurgi dunia—masih menghadapi penutupan tambang dan gangguan cuaca, sementara ekspor Rusia terbatas oleh sanksi.

Untuk ADMR, kinerja semester pertama 2025 masih solid secara operasional dengan produksi batu bara naik 16% menjadi 3,47 juta ton. Meski pendapatan turun 27% menjadi USD444 juta akibat harga jual yang lebih rendah, posisi kas tetap kuat di USD530 juta.

Ajaib Sekuritas juga menyoroti kemajuan proyek smelter aluminium ADMR di Kawasan Industri Kalimantan Utara (KIPI). Fase pertama berkapasitas 500 ribu ton per tahun tengah dibangun dengan tenaga batu bara, sementara fase kedua yang menggunakan tenaga hidro ditargetkan beroperasi pada awal 2031.

Risiko utama untuk ADMR mencakup fluktuasi harga batu bara metalurgi, risiko proyek smelter, serta perubahan permintaan baja di China dan India.


Halaman:

Komentar