Perjanjian Dagang AS-Malaysia: Kerja Sama Logam Tanah Jarang dan Nilai Investasi Ratusan Miliar Dolar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim telah menandatangani perjanjian dagang bersejarah dan pakta mineral penting pada Minggu (26/10). Kesepakatan strategis ini bertujuan memperkuat hubungan perdagangan di kawasan Asia Tenggara sekaligus merespons kebijakan China yang membatasi akses terhadap logam tanah jarang (rare earth).
Dampak Positif Perjanjian Dagang AS-Malaysia
Menurut Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer, Malaysia akan menyesuaikan tarif dan hambatan non-tarif yang diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan bilateral secara signifikan. "Sektor pertanian, teknologi, dan jasa diproyeksikan menjadi penerima manfaat terbesar dari perjanjian ini," ujarnya dalam acara penandatanganan di Kuala Lumpur.
Kerja sama di bidang mineral penting dirancang untuk memastikan perdagangan dan investasi di sektor logam tanah jarang berjalan seoptimal mungkin. Anwar Ibrahim menyebut kesepakatan ini sebagai tonggak sejarah yang akan memperdalam hubungan bilateral melampaui kerja sama ekonomi konvensional.
Komitmen Malaysia dalam Akses Pasar dan Investasi
Malaysia memberikan akses pasar istimewa bagi produk-produk AS meliputi bahan kimia, mesin dan peralatan listrik, logam, kendaraan penumpang, serta ekspor pertanian. Negara tersebut juga berkomitmen menghapus hambatan perdagangan digital, sektor jasa, dan investasi.
Secara khusus, Malaysia tidak akan memberlakukan larangan atau kuota ekspor terhadap mineral penting dan logam tanah jarang ke AS. Pemerintah Malaysia berjanji mempercepat pengembangan sektor mineral melalui kemitraan dengan perusahaan-perusahaan AS, termasuk pemberian izin operasi jangka panjang.
Artikel Terkait
IHSG Siap Melaju ke 8.700, Pola Dragonfly Doji Jadi Sinyal Rebound
Airlangga Usulkan WFA Akhir Tahun 2025 untuk Dongkrak Ekonomi dan Antisipasi Kemacetan
Wall Street Berakhir Terbelah: Nasdaq Bertahan Hijau di Tengah Koreksi Indeks Lain
Wall Street Berakhir Terbelah, Nasdaq Bertahan di Tengah Tekanan Data Ekonomi