Selain air, Desa Ibru juga menjadi ladang subur bagi tanaman rimpang, seperti kunyit. Komoditas ini diolah menjadi beragam produk bernilai ekonomi, mulai dari bubuk kunyit murni, teh kunyit, kunyit kristal, sabun kunyit, pengharum ruangan, hingga cairan ekoenzim karena pengolahannya dilakukan dengan konsep zero waste.
Meski inovasi pengolahan kunyit di Desa Ibru baru dimulai pada 2021, komoditas ini telah dipasarkan secara luas. Bahkan, bisa menembus pasar internasional, seperti Malaysia dan Turki.
Arman mengatakan bahwa terobosan-terobosan yang dilakukan bersama BUMDes Suka Makmur telah memberikan manfaat bagi pendapatan asli desa (PAD) dan masyarakat setempat. Adapun PAD Desa Ibru pada 2023 mencapai Rp 8,3 juta. Sementara, laba bersih BUMDes Suka Makmur sebesar Rp 83 juta per tahun.
Keuntungan ini berasal dari berbagai usaha yang dijalankan BUMDes, seperti rimpang kunyit, pengelolaan feses ayam petelur menjadi pupuk kompos, dan kerajinan tangan. “Rimpang kunyit sendiri menyumbang Rp 15 juta per tahun bagi BUMDes,” terang Arman.
Selain meningkatkan PAD, BUMDes Suka Makmur juga berperan dalam mengembangkan potensi usaha masyarakat desa. BUMDes ini telah membantu masyarakat desa untuk mengembangkan usahanya, seperti pertanian, peternakan, dan kerajinan.
Terobosan lain yang dilakukan Desa Ibru adalah menjadikan industri rumahan berkelanjutan dan pertanian yang ada di sana sebagai destinasi wisata pendidikan, riset, dan tujuan pemberdayaan masyarakat. Untuk mengembangkan potensi itu, Desa Ibru menjalin kerja sama dengan beberapa mitra, seperti Pondok Pesantren Al-Muttaqin Desa Ibru, Ekowisata Alam Sebapo, dan Universitas Jambi.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: jawapos.com
Artikel Terkait
Saham PJHB Auto Rejection di Rp412, Tembus 25% pada Debut BEI
Dragonmine Mining Akuisisi 80% Saham BLUE, Blueprint Indonesia Ganti Pengendali
Harga Emas Antam Hari Ini, 6 November 2025: Naik Rp 27.000/Gram!
IHSG Menguat ke 8.354, Transaksi Awal Rp1,4 Triliun: Analisis Sektor & Top Gainers