Kondisi PT SMR Utama Tbk (SMRU) masih belum beranjak baik. Hingga kuartal ketiga tahun 2025, emiten jasa pertambangan ini tetap mencatatkan kinerja yang merah. Meski begitu, ada secercah perbaikan: tekanan kerugiannya mulai menyempit.
Rugi bersih yang mereka alami tercatat Rp39,7 miliar. Angka ini sebenarnya membaik jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya, yang ruginya mencapai Rp61,1 miliar. Dengan capaian itu, rugi per sahamnya setara dengan Rp3,17. Tapi, masalah SMRU tak cuma soal kinerja keuangan. Ada bayang-bayang lain yang lebih menakutkan: risiko delisting dari papan bursa.
Bagaimana tidak? Saham perusahaan ini sudah disuspensi atau dihentikan sementara perdagangannya cukup lama. Tepatnya sejak 23 Januari 2020 sudah lebih dari enam bulan berlalu. Situasi ini tentu membuat investor was-was.
Lalu, apa penyebab kinerja operasionalnya melemah?
Sekretaris Perusahaan SMRU, Arief Novaldi, punya penjelasan. Menurutnya, masalah utama ada pada belum optimalnya penggunaan alat berat milik anak perusahaannya, PT Ricobana Abadi (RBA). Alat-alat berat berkapasitas besar, antara 60 sampai 100 ton, ternyata belum bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Ujarnya dalam laporan Public Expose, Selasa (30/12/2025).
Artikel Terkait
OJK Perketat Pengawasan, Rekening Dana Syariah Indonesia Dibekukan
Konglomerasi Cetak Rekor, IHSG Melesat 22% di 2025
Geliat 15 Bendungan Baru: Dari Way Apu yang Hampir Rampung hingga Riam Kiwa yang Baru Dimulai
CUAN Rebut 20% Saham SINI, Sinyal Akuisisi Bertahap Dimulai