Sentimen investor terhadap Pop Mart ternyata goyah juga. Saham perusahaan mainan koleksi itu terjun bebas pada Selasa lalu, catatan terburuk dalam tiga pekan terakhir. Pemicunya? Kabar yang beredar soal permintaan dari para reseller atau scalper untuk mainan andalannya, Labubu, yang mulai melemah.
Di pasar Hong Kong, saham Pop Mart International Group Ltd terpangkas tajam, sampai 6,2 persen. Jatuhnya cukup dalam hingga membuatnya masuk dalam daftar saham berkinerja paling suram di Indeks MSCI Asia Pasifik hari itu. Aksi jual ini, seperti dilaporkan Bloomberg, langsung menyusul beredarnya laporan bahwa sejumlah scalper memutuskan berhenti memburu stok Labubu.
Kenapa mereka berhenti? Tanda-tandanya sudah terlihat dari fluktuasi harga yang tak menentu di pasar sekunder China. Itu sinyal jelas bahwa minat, setidaknya dari kalangan investor kecil, sedang meredup.
Ini jadi pukulan telak buat kepercayaan. Pop Mart sebelumnya melesat tinggi berkat boneka-boneka trendinya. Tapi belakangan, keraguan mulai muncul. Data penjualan liburan di luar negeri yang kurang menggembirakan, ditambah tren penurunan harga, membuat banyak orang bertanya-tanya: seberapa lama lagi merek ini bisa bertahan?
Ahli strategi China Everbright Securities International Co Ltd, Kenny Ng, melihat hal ini dengan cukup jelas.
Artikel Terkait
DJP Cabut Status Amazon sebagai Pemungut PPN Digital, OpenAI Masuk Daftar
Di Balik Gebyar Digital, Budaya Korporat yang Sebenarnya Diukur dari Keberanian Mengevaluasi Diri
Teknologi Tersendat, Wall Street Tutup Tahun dengan Awal Muram
Imbal Hasil JGB 10 Tahun Tembus Level Tertinggi Sejak 1999, Tutup Tahun Penuh Gejolak