Lalu, apa yang membuat BEEF begitu menarik bagi pemain global seperti Daesang? Selain program MBG, pasar Indonesia sendiri adalah magnetnya. Populasinya besar, kebutuhan proteinnya terus naik. Itu pasar yang sulit diabaikan.
Belum lagi, BEEF sedang melebarkan sayap. Mereka tak cuma fokus pada daging sapi. Usaha baru seperti peternakan sapi perah, produk olahan susu, cold storage, sampai perdagangan ternak hidup sedang digarap. Semua itu menunjukkan ambisi besar: membangun platform protein terintegrasi dari hulu ke hilir. Mereka tak mau lagi disebut sekadar produsen daging biasa.
Strategi semacam ini rupanya sejalan dengan model bisnis grup global macam Daesang. Mereka jago dalam hal pengolahan makanan bernilai tambah, efisiensi rantai pasok, dan jaringan distribusi internasional. Sinerginya kelihatan jelas.
Menurut pengamat industri, kolaborasi antara pemain lokal yang punya akses pasar kuat dengan korporasi global yang punya teknologi dan manajemen mumpinan, seringkali diwujudkan lewat akuisisi. Seperti inilah kemungkinan yang sedang berlangsung.
Jadi, kabar ketertarikan Daesang ini bukan datang dari ruang hampa. Ada logika bisnis yang kuat di baliknya, dan pasar tampaknya sedang menimbang-nimbang dampak jangka panjangnya.
Artikel Terkait
Zulhas Siapkan Cadangan Pangan 2026, Jagung Melonjak 230 Persen
Petrindo Jaya Kreasi Incar Mayoritas Saham Singaraja Putra
Tembaga Melonjak ke Level Hampir Rekor, Dihantui Ancaman Tarif Trump
Bandara Ngurah Rai Dibanjiri 82 Ribu Penumpang per Hari Saat Nataru