Pasar saham Asia tampil beragam di hari Rabu ini. Sentimen dari Wall Street yang menguat semalam ternyata tak sepenuhnya bisa diikuti oleh seluruh kawasan. Di satu sisi, ada yang merangkak naik, tapi tak sedikit pula yang justru berbalik melemah.
Rupanya, kenaikan di Wall Street kemarin cukup signifikan. Indeks S&P 500 bahkan berhasil memecahkan rekor penutupan baru. Apa penyebabnya? Tampaknya, "Santa Claus rally" yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang juga. Penggeraknya adalah data ekonomi AS yang jauh lebih kuat dari perkiraan untuk kuartal ketiga tahun 2025. Data ini memang mendongkrak sentimen risiko, tapi sekaligus bikin pasar obligasi ciut.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 bangkit sedikit, naik 0,21 persen di pagi hari. Ini adalah pemulihan dari sesi sebelumnya yang terasa cukup datar. Namun begitu, pergerakannya tidak bisa leluasa. Ada bayang-bayang dari Bank of Japan yang dikabarkan akan terus menaikkan suku bunga. Para pejabat bank sentral menilai suku bunga riil masih sangat rendah, bahkan negatif, sehingga kondisi keuangan dianggap masih sangat mendukung.
Di sisi lain, perhatian investor domestik juga tertuju ke kebijakan fiskal pemerintah. Menurut laporan Trading Economics, Tokyo baru saja memfinalisasi rancangan anggaran untuk tahun fiskal 2026. Angkanya fantastis, sekitar 122 triliun yen. Rencananya, draf ini akan disetujui kabinet paling cepat Jumat mendatang.
Yang menarik, angka ini melampaui anggaran tahun 2025 yang sebelumnya direncanakan sekitar 115,2 triliun yen. Kalau jadi, ini akan jadi rekor anggaran tertinggi untuk dua tahun berturut-turut.
Performa positif juga terlihat di beberapa bursa lain. Hang Seng Hong Kong naik 0,23 persen, sementara KOSPI Korea Selatan menguat 0,24 persen. Tapi, tidak semua seberuntung itu. Indeks Shanghai Composite malah sedikit terpangkas 0,03 persen. ASX 200 Australia turun lebih dalam, minus 0,49 persen, dan STI Singapura melemah tipis 0,05 persen.
Lalu, bagaimana dengan pasar global? Saham-saham utama AS kemarin menguat tipis, sementara imbal hasil obligasi pemerintahnya naik. Itu semua berkat laporan ekonomi yang lebih kuat dari ekspektasi tadi. Di Eropa, indeks STOXX 600 sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa. Kenaikan ini didorong saham sektor kesehatan, terutama setelah raksasa farmasi Novo Nordisk dapat lampu hijau dari otoritas AS untuk pil penurun berat badannya.
Artikel Terkait
UMP 2026 Mulai Diumumkan, Papua Barat Tawarkan Angka Tertinggi
BRI Siapkan 159 Kantor untuk Layani Transaksi Akhir Tahun 2025
Surge dan FiberHome Luncurkan Layanan 5G FWA Pertama di Dunia, Harga Rp 100 Ribu
Emas Tembus US$4.500, Saham Tambang Berebut Naik di Pasar Modal