Harga emas dunia baru saja mencatat level fantastis, menyentuh US$4.400 per troy ounce. Di tengah sorotan pada rekor ini, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) justru melihat jauh ke depan. Mereka menyambut tahun 2026 dengan optimisme yang tinggi.
Bagi banyak orang, emas cuma tempat berlindung saat kondisi ekonomi memburuk. Tapi Thendra Crisnanda, Direktur Investor Relations HRTA, punya pandangan berbeda. Menurutnya, terjadi pergeseran cara pandang yang signifikan.
Memang, angka-angkanya cukup mencengangkan. Per 22 Desember lalu, harga emas dunia ada di level Rp2,37 juta per gram naik hampir 5% dalam sebulan. Kenaikan ini tak lepas dari beberapa faktor kunci. The Fed memangkas suku bunga, real yield pun turun. Sementara itu, utang pemerintah AS terus membengkak dengan kecepatan yang mengkhawatirkan: US$1 triliun setiap 100 hari di paruh kedua 2025. Di sisi lain, Bank Indonesia memilih bertahan dengan suku bunga 4,75% demi menjaga stabilitas.
Lalu, ada kebijakan baru dari pemerintah Indonesia yang akan berlaku mulai 2026: pajak ekspor emas dengan tarif 7,5% sampai 15%. Tujuannya jelas, mendorong lebih banyak pemrosesan emas dilakukan di dalam negeri dan menguatkan industri pemurnian lokal.
Thendra menilai langkah pemerintah ini justru sejalan dengan strategi yang sudah lama dijalankan HRTA.
Artikel Terkait
Dolar AS Terancam Terus Melemah, Ini Pemicu Utamanya
Wall Street Berjaya, Dipacu Optimisme Suku Bunga dan Euforia AI
Aris Santosa Tinggalkan Waskita Beton, Pindah ke Pelni
Mekaar PNM: Ketika Ibu Rumah Tangga Tak Lagi Berjuang Sendiri