“Baik CPI utama maupun inti mengalami penurunan, tetapi para ekonom memperingatkan bahwa penutupan pemerintah selama 43 hari dapat mendistorsi beberapa data yang dikumpulkan untuk rilis tersebut,”
tulis Ibrahim dalam risetnya. Jadi, ada keraguan soal keakuratannya.
Tekanan terhadap rupiah ternyata tidak cuma dari luar. Dari dalam negeri, kekhawatiran mengenai kondisi fiskal Indonesia dalam jangka menengah turut membayangi. Bank Dunia memproyeksikan defisit APBN akan terus melebar, bahkan mendekati ambang batas konstitusi sebesar 3 persen terhadap PDB pada 2027. Defisit ini dipicu oleh dua hal: rasio pendapatan negara yang menurun dan beban bunga utang yang justru meningkat.
Mempertimbangkan semua faktor itu ketidakpastian global plus kondisi fiskal domestik Ibrahim memprediksi pergerakan rupiah ke depan masih akan fluktuatif. Naik turun. Untuk perdagangan selanjutnya, ia memperkirakan rupiah berpotensi ditutup melemah lagi, kali ini di rentang Rp16.750 hingga Rp16.780 per dolar AS.
Artikel Terkait
Emas Siap Cetak Rekor Baru, Dipacu Gejolak Politik Global dan Sinyal The Fed
BRI Gerakkan Relawan dan Salurkan Bantuan Langsung untuk Korban Banjir Aceh Tamiang
Emas Siap Cetak Rekor Baru, Dipacu Ketegangan Timur Tengah dan Venezuela
Kawasan Industri Jadi Ujung Tombak Diplomasi Ekonomi Pemerintah