Rupiah Terseret Sinyal Dovish The Fed, 2026 Diramal Penuh Badai

- Senin, 15 Desember 2025 | 16:25 WIB
Rupiah Terseret Sinyal Dovish The Fed, 2026 Diramal Penuh Badai

Rupiah ditutup melemah di akhir perdagangan Senin, tepatnya di angka Rp16.667 per dolar AS. Pelemahan itu sekitar 13 poin atau 0,21 persen. Tidak terlalu tajam, tapi cukup untuk jadi perhatian.

Menurut pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, ada angin dari luar yang mendorong pelemahan ini. Sinyal "dovish" dari The Fed, bank sentral AS, jadi salah satu pemicunya. Baru saja memotong suku bunga minggu lalu, The Fed kini memberi isyarat akan membeli obligasi pemerintah jangka pendek mulai Desember nanti. Nilainya cukup besar, sekitar 40 miliar dolar AS per bulan.

"Aktivitas pembelian aset The Fed menghadirkan prospek dovish untuk kebijakan moneter," tulis Ibrahim dalam risetnya.

Ia menambahkan, "Terutama mengingat kondisi likuiditas lokal kemungkinan akan semakin melonggar dengan suntikan dana tunai."

Nah, minggu ini pasar juga punya fokus lain. Mata mereka tertuju pada dua data kunci dari AS: angka pekerjaan di sektor non-pertanian dan data CPI (Indeks Harga Konsumen) untuk November. Keduanya bakal dirilis beruntun, Selasa dan Kamis. Data pekerjaan ini sebenarnya molor dari jadwal biasanya di Jumat pertama bulan, gara-gara penutupan pemerintah AS yang sempat berlarut-larut Oktober dan November kemarin.

Pasar bakal mengamati dengan saksama. Mereka mencari tanda-tanda apakah pertumbuhan pasar tenaga kerja mulai kendur dan inflasi mendingin. Dua hal itu, bagaimanapun, adalah pertimbangan utama The Fed untuk memangkas suku bunga lebih lanjut.

Di sisi lain, sentimen domestik juga tidak terlalu cerah. Ibrahim melihat tahun 2026 berpotensi jadi salah satu tahun paling tidak terduga dalam beberapa dekade terakhir. Kompetisi antarnegara besar bisa makin sengit, aliansi global berpotensi bergeser, dan konflik yang tadinya bersifat regional dikhawatirkan bakal meluas.


Halaman:

Komentar