Rosan menekankan, meski kepemilikan sudah resmi, pengembangannya nanti harus hati-hati. Semua akan dilakukan bertahap, dengan mempertimbangkan kajian kelayakan, aturan yang berlaku, dan prinsip tata kelola yang prudent. Intinya, tidak terburu-buru.
Menurutnya, potensi pengembangannya cukup besar. Jika semua berjalan sesuai rencana dan disetujui regulator, kawasan itu bisa menampung hingga 5.000 kamar hotel.
Soal eksekusi di lapangan, Danantara tidak bekerja sendirian. Mereka menggandeng Al Khomasiah Real Estate Development sebagai mitra lokal yang paham betul seluk-beluk Makkah. Kemitraan ini penting untuk memastikan semua proses patuh pada regulasi setempat dan rencana jangka panjang bisa berjalan mulus.
Koordinasi juga tengah berjalan dengan otoritas Arab Saudi, termasuk Royal Commission for Makkah City and Holy Sites (RCMC). Ada proses bidding yang masih berlangsung sebagai bagian dari kerja sama jangka panjang. Semua pengembangan tentu akan melalui koordinasi intensif, baik dengan pihak Saudi maupun pemerintah Indonesia.
Sebagai pengelola investasi negara, Danantara menilai inisiatif ini selaras dengan mandatnya untuk mengelola aset strategis. Pendekatannya bertahap dan akuntabel. Targetnya jelas: menciptakan nilai publik yang berkelanjutan dari setiap rupiah yang diinvestasikan.
Artikel Terkait
Harga Minyak Terperosok Meski Venezuela Bergejolak, Ini Penyebabnya
Gejolak Minyak dan Anjloknya Nikel Warnai Pasar Komoditas yang Lesu
Emas Tersendat, Perak dan Platinum Melaju Kencang di Tengah Isu Perdamaian
UMP 2026 Segera Diumumkan, Menteri Ketenagakerjaan: Tinggal Tanda Tangan Presiden