Nilai ekspor produk perikanan kita ternyata cukup menggembirakan di tahun 2025 ini. Sepanjang Januari hingga Oktober, angka yang tercatat mencapai USD 5,07 miliar. Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar 5,1 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang 'cuma' USD 4,82 miliar.
Keberhasilan ini, menurut Plt Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian KP, Machmud, punya kunci utama. Semua bermuara pada pemenuhan standar mutu, syarat mutlak dalam perdagangan global.
Ucap Machmud dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (11/12) lalu.
Dia lantas membeberkan rincian pasar ekspornya. Amerika Serikat masih memimpin sebagai tujuan terbesar dengan nilai fantastis, USD 1,6 miliar, meski tumbuhnya tipis 2,6 persen.
Katanya menambahkan.
Namun begitu, ceritanya berbeda dengan China. Ekspor ke sana justru merosot 2,4 persen jadi USD 962,21 juta. Penyebabnya? Harga rumput laut kering yang melambung tinggi sebelumnya, kini kembali ke angka normal.
Jelasnya.
Di sisi lain, pasar ASEAN justru bersinar. Nilai ekspor melonjak 22,7 persen menjadi USD 811,64 juta. Jepang juga ikut naik 2,3 persen ke angka USD 506,28 juta. Kenaikan ini sejalan dengan melonjaknya permintaan udang di negara-negara tersebut sepanjang paruh pertama 2025.
Kalau dilihat dari komoditasnya, udang masih jadi primadona. Kontribusinya USD 1,48 miliar dengan pertumbuhan 8,6 persen. Posisi berikutnya diisi tuna-cakalang (USD 878,26 juta) dan cumi-sotong-gurita (USD 688,14 juta).
Tapi ada juga yang lesu. Ekspor rajungan dan kepiting, khususnya ke AS, mengalami penurunan. Machmud menyoroti dua faktor: harga global yang melemah dan persaingan ketat dari produk Alaska.
Sebut dia.
Artikel Terkait
IHSG Tergelincir 80 Poin, Sentimen Negatif Gempur Pasar
Air Borneo Siap Terbang, Sambungkan Sarawak dan Ibu Kota Nusantara
IHSG Tergelincir 80 Poin, Lotte Chemical Anjlok 15%
MKTR Buktikan Komitmen ESG dengan Raih Penghargaan Laporan Tahunan Terbaik