Dari identifikasi itulah, mitigasi bisa dirancang untuk bisnis dengan tingkat hazard yang cukup tinggi. Intinya, sistem manajemen risiko bertujuan meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif dari operasional perusahaan mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
“Risk management yang ada di PGN basicnya Permen BUMN 02/2023, yang mewajibkan perusahaan melakukan tata kelola yang baik,” ungkap Eri.
“Di PGN sendiri, kami sudah memiliki Direktorat Manajemen Risiko. Itu membuktikan komitmen perusahaan. Risk owner menjadi garda terdepan untuk melakukan risk assessment dan mengusulkan treatment.”
Selain BCMS, perusahaan punya berbagai perangkat lain. Sebut saja operational risk, project & counterparty risk, contingency plan, hingga strategic risk. Monitoring juga dilakukan rutin, termasuk untuk aspek HSSE (Health, Safety, Security, Environment).
“Dengan risiko yang semakin kompleks, kami memperkuat risk intelligence agar PGN tetap tangguh, adaptif, dan berkelanjutan,” kata Eri menegaskan.
Sementara itu, dari sisi perusahaan pelayaran, Nico Dhamora, VP Risk Strategy & Governance Pertamina International Shipping (PIS), punya cerita lain. PIS telah mengubah manajemen risiko dari sekadar fungsi pendukung menjadi penggerak strategis. Caranya lewat penguatan infrastruktur, digitalisasi kontrol, dan yang tak kalah penting: internalisasi budaya risiko.
“Kadang-kadang ketika terjadi krisis semua menjadi panik. Jadi harusnya ada culture. Jadi kalau ada krisis, ada tata kelolanya,” kata Nico.
Karakteristik PIS memang unik. Digitalisasi tak hanya dipandang dari sisi data, tapi juga sebagai early warning system. “Di PIS kapalnya ada yang di luar Indonesia. Kita harus tahu posisi kapal di mana,” ujarnya.
Nah, manajemen risiko di sini tidak berjalan sendiri. Kolaborasi dengan pihak eksternal regulator, pemasok, klien sangat vital untuk memastikan setiap tahap operasional memenuhi standar.
“Harus proaktif. Fungsi manajemen risiko tidak bisa menunggu,” tegas Nico.
“Jadi ada komunikasi dua arah. Ada komunikasi dan monitoring. Efisiensi bisa terjadi kalau ada kolaborasi dan komunikasi.”
Artikel Terkait
IHSG Tergelincir 80 Poin, Sentimen Negatif Gempur Pasar
Air Borneo Siap Terbang, Sambungkan Sarawak dan Ibu Kota Nusantara
IHSG Tergelincir 80 Poin, Lotte Chemical Anjlok 15%
Ekspor Perikanan Tembus USD 5 Miliar, ASEAN Jadi Pasar Andalan