Namun, mengejar pendapatan saja tidak cukup. Fandy Dewanto, Kepala Divisi Corporate Secretary WSBP, menuturkan bahwa efisiensi operasional menjadi kunci lain. Mereka akan menjalankan program rasionalisasi dan digitalisasi. Soal keuangan, pengelolaan piutang serta utang usaha akan dioptimalkan untuk menjaga likuiditas tetap sehat.
Aset-aset yang menganggur pun tak luput dari perhatian.
"Kami juga masih terus mengoptimalkan aset-aset, baik aset non produktif maupun aset idle untuk menjadi penghasil pendapatan yang baru," kata Fandy.
Program divestasi aset nonproduktif juga akan terus dilanjutkan.
Sebagai modal berjalan, WSBP saat ini mengelola Nilai Kontrak Dikelola (NKD) sebesar Rp2,12 triliun. Nilai ini tersebar di berbagai proyek strategis di penjuru negeri. Beberapa yang sedang dikerjakan antara lain Jalan Tol Palembang–Betung dan Tol Serang–Panimbang. Ada juga proyek LRT Jakarta Fase 1B Velodrome–Manggarai serta Jalan Tol Bogor–Ciawi–Sukabumi.
Tak hanya itu, daftar proyeknya masih panjang. Mulai dari jalan Tol Probolinggo–Banyuwangi, pembangunan Dermaga Marunda, hingga proyek di Ibu Kota Nusantara (IKN) seperti Jalan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) dan Gereja Basilika. Proyek UCC LNG Tangguh dan pembangunan Kantor Gubernur Papua Selatan juga masuk dalam portofolio mereka.
Jadi, perjalanan menuju target 2026 jelas tidak mudah. Tapi dengan strategi yang mereka susun, WSBP berharap bisa perlahan membalikkan keadaan.
Artikel Terkait
Wall Street Menahan Napas Jelang Keputusan Fed yang Sarat Ketegangan
Helikopter Angkut Tabung Gas, Pertamina Terobos Isolasi Bener Meriah
Putin Tawarkan Bantuan Nuklir ke Prabowo dalam Pertemuan Hangat di Kremlin
Gudang Marunda Blibli Beroperasi 24 Jam, Pacu Pengiriman Hanya 6 Jam