jelasnya lebih lanjut.
Kalau rencana ini berjalan mulus, impor bahan bakar yang tersisa tinggal bensin saja. "Maka dengan demikian yang kita impor tinggal apa? Tinggal bensin. Jadi kalau tidak bisa fosil ya kita manfaatkan sumber-sumber lain yang kita punya," tambah Bahlil. Ini jadi angin segar, mengingat kebutuhan solar dalam negeri per tahun mencapai 32-33 juta ton, sementara produksi lokal saat ini baru bisa memenuhi separuhnya, sekitar 15-16 juta ton.
Sebelumnya, proyek RDMP Balikpapan memang diharapkan jadi game changer. Kapasitas pengolahannya bakal naik drastis, dari 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel. Tak cuma itu, kompleksitas kilangnya juga dinaikkan ke level NCI 8.
Yang juga penting, kualitas BBM-nya bakal jauh lebih bersih. Dari standar Euro II yang sekarang, nanti naik ke setara Euro V dengan kandungan sulfur sangat rendah, cuma 10 ppm. Hasil produk bernilai tinggi (valuable product) pun ditargetkan melonjak jadi 91,8 persen. Nantinya, kilang ini akan memproduksi BBM, LPG, dan bahan petrokimia, dengan tambahan produksi BBM sekitar 142 ribu barel per hari.
Jadi, selain mengejar swasembada solar, proyek ini juga membawa dampak positif bagi lingkungan lewat bahan bakar yang lebih ramah.
Artikel Terkait
IHSG Pacu Rekor ke 8.720, Dana Pemulihan Bencana Sumatera Siap Dicairkan
PADU Bitung: Pertamina Buka Jembatan Kerja bagi Penyandang Disabilitas
BEI Tetapkan Harga Teoretis PANI Rp13.850 Jelang Rights Issue
Sustainability Bukan Sekadar Tren, Tiga Tantangan Ini Menanti Dunia Usaha