Tidak berhenti di ritel, FAST juga merambah ke hulu. Mereka mendiversifikasi bisnis ke sektor perunggasan terpadu lewat sebuah entitas anak. Langkah ini bukan cuma membuka sumber pendapatan baru, tapi juga berpotensi menekan biaya bahan baku. Integrasi rantai pasok ayam broiler konon bisa memotong harga pokok hingga 8-13 persen dalam jangka panjang.
Jonathan memproyeksikan, bisnis perunggasan yang mulai beroperasi pada 2027 ini bisa menyumbang pendapatan sekitar Rp853 miliar. Proyeksi CAGR lima tahunnya (2027-2032) sebesar 5,2 persen, seiring dengan peningkatan kapasitas produksi dan permintaan yang tetap solid.
Melihat semua potensi ini, Samuel Sekuritas memberi rekomendasi Spec-BUY untuk saham FAST. Target harganya Rp1.000, yang berarti potensi kenaikan hampir 98 persen dari level saat ini.
“Valuasi tersebut menggunakan multiple P/S 0.9x, sejalan dengan emiten regional yang lebih besar,” jelas Jonathan.
Selain cerita pertumbuhan organik, ada peluang lain yang menggiurkan. FAST berpeluang masuk ke MSCI Small Cap Index jika kapitalisasi pasarnya bisa naik hingga sekitar Rp4,6 triliun, atau setara dengan Rp4.800 per saham.
Namun begitu, tentu ada risiko yang harus diwaspadai. Pelemahan daya beli masyarakat adalah salah satunya. Lalu, ketidakpastian geopolitik termasuk dampak boikot terhadap merek global dan volatilitas harga bahan baku juga jadi faktor yang perlu dicermati.
Artikel Terkait
Minyak Mentah Melaju Didorong Ketegangan Global dan Isyarat The Fed
Emas Mendekati Level Tertinggi, Dipacu Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga AS
Analis Soroti Peluang Rebound IHSG, Ini Deretan Saham yang Bisa Jadi Andalan
Pecah Suara di The Fed, Pasar Keuangan Menanti dengan Degup Jantung