Rupiah menutup perdagangan Selasa (2/12) dengan catatan hijau, menguat 38 poin ke level Rp16.625 per dolar AS. Penguatan sekitar 0,23% ini datang di tengah hiruk-pikuk sentimen global yang beragam.
Menurut pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, angin segar salah satunya bertiup dari luar negeri. Ekspektasi bahwa The Fed akan bersikap lebih lunak terus menguat. CME FedWatch Tool bahkan menunjukkan peluang pemotongan suku bunga 25 basis poin pada Desember mencapai 87,4%. Kabar soal siapa yang akan memimpin Fed ke depan juga jadi bahan perbincangan. Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, dikabarkan berpeluang menggantikan Jerome Powell.
Namun begitu, Presiden Donald Trump membuat situasi jadi tidak pasti.
"Ia mengatakan pada hari Minggu bahwa ia tidak akan memberitahu siapapun yang akan ditunjuk, tetapi ia sudah menentukan pilihannya," tulis Ibrahim dalam risetnya.
Data dari AS sendiri cukup kompleks. Aktivitas manufaktur ISM pada November ternyata masih berkontraksi ini sudah bulan kesembilan berturut-turut. Di sisi lain, harga input justru merangkak naik dan pasar tenaga kerja terlihat lesu, dengan tingkat pemecatan dan perekrutan yang rendah.
Artikel Terkait
IHSG Menguat 68 Poin, Sektor Infrastruktur dan Transportasi Jadi Penggerak
Infrastruktur Jalan Nasional di Sumatera Porak-Poranda Diterjang Banjir dan Longsor
INET Siapkan Rp3,2 Triliun untuk Gempur Infrastruktur Digital dan Akuisisi
Dari Perdagangan Umum ke Dealer Honda: Kisah BOGA dan Saham yang Meroket 115%