Pasar saham Asia bergerak positif di awal sesi Selasa ini. Meski begitu, nuansa kehati-hatian masih jelas terasa. Sentimen ini muncul setelah gejolak di pasar kripto dan aksi jual besar-besaran obligasi global, yang dipicu oleh isu kenaikan suku bunga Jepang yang kian nyata.
Hingga pukul 09.44 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang berhasil naik 0,59 persen. Topix juga menguat 0,24 persen. Kenaikan ini seperti napas lega setelah indeks sempat anjlok 1,89 persen sehari sebelumnya. Di tempat lain, Hang Seng Hong Kong naik 0,80 persen, sementara KOSPI Korea Selatan justru melesat cukup signifikan, 1,62 persen. Pasar Australia dan Singapura juga catat keuntungan, meski tipis. Tapi tidak semua hijau. Shanghai Composite justru terperosok 0,25 persen, menunjukkan keraguan tersendiri.
Secara umum, penguatan ini ikut merasakan dampak positif dari Wall Street semalam. Harapan akan pemotongan suku bunga The Fed pekan depan jadi pendorong utama. Lebih dari 85 persen pelaku pasar memproyeksikan pemangkasan sebesar 25 basis poin. Namun begitu, mata investor tetap tertuju ke Jepang. Mereka mencermati rencana Perdana Menteri Sanae Takaichi untuk memulihkan ekonomi, plus dinamika hubungan dengan China yang selalu penuh kejutan.
Lalu, bagaimana dengan aset berisiko tinggi seperti kripto? Situasinya suram. Bitcoin, yang sering dianggap barometer sentimen, anjlok 5,2 persen pada Senin dan bertengger di level USD87.000. Angka itu berarti ia sudah kehilangan 30 persen dari puncaknya di Oktober lalu.
“Sentimen di pasar kripto berkisar antara ketakutan dan kepasrahan,” ujar Jehan Chu, founder Kenetic Capital.
Ia menambahkan, koreksi terbaru ini datang secara mengejutkan bagi banyak investor.
Artikel Terkait
Rights Issue PANI Picu Aksi Jual, Saham CBDK Malah Melonjak 37%
Rupiah Menguat di Awal Desember, Dolar AS Tertekan Spekulasi The Fed
Kereta Petani dan Pedagang Resmi Beroperasi, 87 Penumpang di Hari Pertama
IHSG Menguat Tipis, Sektor Industri dan Energi Jadi Penopang Utama