Harga emas sedang berada di jalur yang spektakuler. Menurut survei terbaru Goldman Sachs yang digelar pertengahan November 2025, logam kuning ini diproyeksikan akan mencetak rekor fantastis pada 2026: menembus level USD 5.000 per troy ounce. Sebuah angka yang dulu mungkin terdengar mustahil, tapi kini tampak semakin nyata.
Sepanjang 2025, kinerjanya memang solid. Tren bullish ini tak lepas dari dua pendorong utama: pembelian agresif oleh berbagai bank sentral di seluruh dunia, plus ekspektasi meluasnya penurunan suku bunga global. Kondisi itu membuat emas makin bersinar.
Fakta di lapangan berbicara lebih keras. Hingga Jumat sore, 28 November 2025, harga emas sudah melesat sekitar 61 persen secara year-to-date, berada di posisi USD 4.223,36. Yang menarik, ini sekaligus menjadi tahun ketiga berturut-turut emas mencatatkan pertumbuhan dua digit. Puncaknya, bulan lalu, untuk pertama kalinya dalam sejarah, emas berhasil menembus level psikologis USD 4.000.
Lantas, apa yang akan mendorongnya lebih tinggi lagi? Survei Goldman Sachs mengungkap, 38 persen responden meyakini bahwa pembelian emas oleh bank sentral tetap akan jadi motor utama kenaikan harga di 2026. Di sisi lain, kekhawatiran akan stabilitas fiskal global juga memberi andil besar.
Optimisme ini sejalan dengan laporan dari Sprott Asset Management. Dalam Precious Metals Report edisi November 2025, mereka menyatakan bahwa kekuatan struktural di pasar emas masih jauh dari kata melemah.
Nah, fenomena lain yang sedang terjadi adalah pergeseran preferensi investor global. Mereka mulai meninggalkan obligasi dolar dan saham yang dinilai rentan terhadap gejolak nilai tukar. Sebagai gantinya, aliran dana dialihkan ke logam mulia dan aset digital.
Artikel Terkait
Harga Rights Issue PANI Dipangkas, Target Dana Rp16,7 T Tak Tercapai
Harga BBM Non-Subsidi di Sumatera Naik Tak Seragam, Lampung Tertinggi
Harga Emas Antam Merangkak Naik, Pajak Emas Batangan Dipangkas
BEI Bekukan Perdagangan IBFN dan PADA, Harga Tembus di Atas 100%