Harga minyak dunia kembali melemah di akhir perdagangan Jumat lalu. Investor tampaknya mulai mempertimbangkan lagi risiko geopolitik, terutama menyusul perundingan damai antara Rusia dan Ukkraina yang berlarut-larut tanpa kepastian.
Di sisi lain, mata para pelaku pasar juga tertuju pada pertemuan OPEC yang dijadwalkan hari Minggu. Mereka berharap bisa mendapat petunjuk soal arah kebijakan produksi minyak ke depan.
Dilansir dari Reuters pada Senin (1/12), minyak mentah Brent untuk kontrak Januari turun 14 sen atau 0,22% ke level USD 63,20 per barel. Sementara kontrak Februarnya juga anjlok 49 sen ke USD 62,38. Minyak WTI pun tak ketinggalan, merosot 10 sen atau 0,17% menjadi USD 58,55 per barel.
Meski sempat naik sekitar 1% dalam sepekan, kedua kontrak ini justru catat penurunan untuk bulan keempat berturut-turut. Ini jadi tren terpanjang sejak 2023, didorong ekspektasi pasokan global yang makin membengkak.
Isu perdamaian antara Ukraina dan Rusia yang dikabarkan hampir final turut memicu tekanan tajam di awal pekan. Pasar seolah bereaksi cepat sebelum ada kepastian.
Menurut Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial, harga berjangka memang sudah mengantisipasi adanya perjanjian damai. Itu yang terus menekan harga.
"Tapi, faktanya masih sedikit yang diketahui saat ini. Kalau sampai tidak ada kesepakatan, bisa berujung pada sanksi lebih ketat untuk ekspor minyak Rusia," ujarnya.
Selain itu, OPEC kemungkinan besar akan mempertahankan level produksi minyak mereka. Arab Saudi, eksportir terbesar dunia, juga diperkirakan akan memotong harga minyak mentah untuk pembeli Asia bulan Januari nanti. Alasannya, tekanan dari persediaan berlimpah dan sinyal surplus yang kian kuat.
Artikel Terkait
Emas Tembus USD 5.000, Goldman Sachs Ramal Rekor Fantastis di 2026
Harga BBM Non-Subsidi di Sumatera Naik Tak Seragam, Lampung Tertinggi
Harga Emas Antam Merangkak Naik, Pajak Emas Batangan Dipangkas
BEI Bekukan Perdagangan IBFN dan PADA, Harga Tembus di Atas 100%