AI Berdikari: Perlombaan Diam-Diam Negara-Negara di Era Kecerdasan Buatan

- Jumat, 19 Desember 2025 | 09:12 WIB
AI Berdikari: Perlombaan Diam-Diam Negara-Negara di Era Kecerdasan Buatan

Peta Jalan Menuju AI Berdikari

Lalu, bagaimana mengukurnya? Wahyudi merujuk klasifikasi dari World Economic Forum. Tingkat AI berdikari suatu negara bisa dilihat dari beberapa tahap, mulai dari yang sepenuhnya bergantung pada teknologi luar, hingga yang benar-benar berdaulat penuh.

Menurut penilaiannya, Indonesia masih berada di fase awal. Kita banyak memakai model global, meski sudah mulai menyisipkan konteks lokal lewat rekayasa data. Tantangannya besar: bagaimana naik ke tahap selanjutnya?

Prasyaratnya banyak. Infrastruktur digital yang kuat, pengembangan talenta, riset yang berkelanjutan, dan kerangka regulasi yang adaptif. Stimulus bagi industri AI dalam negeri juga penting, begitu pula kerja sama internasional yang strategis.

Setiap negara punya jalannya sendiri. AS mengandalkan investasi riset gila-gilaan dan persaingan ketat antar perusahaan teknologinya. Uni Eropa awalnya mengedepankan regulasi dan etika, meski belakangan agak melonggar untuk mendorong inovasi. China fokus pada integrasi riset, produksi chip, sampai aplikasi komersial, semua berjalan beriringan.

Di sisi lain, India, Korea Selatan, Arab Saudi, dan Inggris juga tak mau ketinggalan. Mereka berlomba dengan pendanaan besar-besaran, membentuk konsorsium industri, hingga mengembangkan model bahasa nasional mereka sendiri.

“Ini bukan lagi isu negara maju versus negara berkembang. Hampir semua negara kini masuk ke arena yang sama,” tegas Wahyudi.

Indonesia sendiri sedang merumuskan arah lewat berbagai kebijakan dan peta jalan AI nasional. Meski masih disempurnakan, pilar-pilarnya mulai dari riset, talenta, infrastruktur, data, hingga etika sudah sejalan dengan standar global.

Bagi Wahyudi, kuncinya ada pada konsistensi dan keberanian mengambil posisi. AI berdikari bukan tujuan instan, melainkan proses bertahap yang butuh visi jangka panjang.

“Pertanyaannya bukan sekadar kita mau ke mana, tapi juga mau menjadi apa di tengah perlombaan global ini,” tutupnya.


Halaman:

Komentar