Jalan Tol Dinosaurus di Bolivia: 16.600 Jejak Kaki Ungkap Jalur Migrasi Raksasa Purba

- Kamis, 11 Desember 2025 | 10:06 WIB
Jalan Tol Dinosaurus di Bolivia: 16.600 Jejak Kaki Ungkap Jalur Migrasi Raksasa Purba

Bayangkan sebuah tempat di mana setiap langkah Anda, di setiap arah yang Anda lihat, tanahnya menyimpan jejak raksasa dari dunia yang telah lama hilang. Inilah yang baru saja diungkap para ilmuwan di Bolivia sebuah harta karun paleontologi yang begitu luar biasa, layaknya "Jurassic Park" versi dunia nyata. Di Taman Nasional Torotoro, tepatnya di area bernama Carreras Pampa, mereka berhasil mendokumentasikan tidak tanggung-tanggung: 16.600 fosil jejak kaki dinosaurus.

Angka itu saja sudah mencengangkan. Tapi yang lebih menggugah, penemuan masif ini menjadikan situs tersebut sebagai pemegang rekor baru untuk kumpulan jejak kaki dinosaurus terbanyak yang pernah tercatat. Rekor sebelumnya, juga di Bolivia, kini telah terlampaui.

Jalan Tol Zaman Kapur

Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE, kawasan seluas sekitar 7.485 meter persegi ini dulu bukan tempat biasa. Sekitar 101 hingga 66 juta tahun silam, di periode Kapur Akhir, lokasi ini adalah semacam jalur sibuk atau 'jalan tol' bagi para raksasa purba. Bayangkan sebuah pesisir pantai berlumpur yang ramai dilintasi makhluk-makhluk perkasa.

“Ke mana pun Anda melihat lapisan batuan di situs itu, ada jejak dinosaurus,” kata Dr. Jeremy McLarty, salah satu penulis studi dari Southwestern Adventist University, Texas.

Mayoritas dari puluhan ribu jejak itu milik theropoda, dinosaurus karnivor berkaki dua dengan ciri khas tiga jari. Yang menarik, pola jejaknya menunjukkan arah yang konsisten utara-barat laut atau tenggara. Ini menguatkan dugaan bahwa Carreras Pampa adalah jalur utama, mungkin bagian dari rute migrasi besar yang membentang melintasi Argentina, Bolivia, hingga Peru.

Lebih Dari Sekadar Jejak Kaki

Namun begitu, keistimewaan temuan ini bukan cuma pada jumlahnya yang fantastis. Nilainya terletak pada cerita perilaku yang berhasil diabadikan. Dr. Anthony Romilio, paleontolog dari University of Queensland, punya analogi yang pas.


Halaman:

Komentar