Pengamat otomotif dan akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu, mengungkapkan bahwa harga mobil listrik di Indonesia mulai memasuki kisaran yang lebih terjangkau. Namun, kondisi ini justru memicu persaingan ekstrem yang disebut sebagai hyper competition di pasar otomotif nasional.
Menurut Yannes, masuknya banyak merek baru terutama dari China dengan harga jual antara Rp 200-300 juta telah mengubah dinamika persaingan di segmen pasar terbesar Indonesia. Fenomena ini memaksa para pemain lama, yang selama ini mengandalkan loyalitas pelanggan dan strategi bertahap, untuk turut terlibat dalam pertarungan harga.
"Agen pemegang merek tradisional yang terbiasa dengan kenaikan harga bertahap sekarang dipaksa masuk dalam persaingan harga yang ketat. Banyak dari mereka yang tidak siap dengan perubahan drastis ini," jelas Yannes.
Persaingan antara pendatang baru dan pemain lama kini semakin intens, dengan masing-masing pihak berusaha merebut pangsa pasar satu sama lain. Yannes memprediksi bahwa perang harga yang semakin sengit tampaknya tidak dapat dihindari lagi.
Perkembangan pasar mobil listrik di Indonesia memang menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Dominasi merek China semakin kuat dengan penawaran harga yang kompetitif, seperti Jaecoo J5 EV yang diluncurkan dengan harga mulai Rp 249,9 juta dan BYD Atto 1 yang dijual mulai Rp 195 juta.
Artikel Terkait
Harga BBM Pertamina 11 November 2025: Naik atau Turun? Cek Daftar Lengkapnya!
RDMP Balikpapan Capai Kunci, Kilang Terbesar RI Naik Kapasitas & Produksi BBM Euro V
WAMI Serahkan Rp64 Miliar Royalti ke LMKN: Dana Segera Diverifikasi
Pengacara Militer Israel Kumpulkan Bukti Kejahatan Perang di Gaza, Ungkap Fakta Mengejutkan