Meskipun Rusia berusaha menjaga ekspor minyaknya tetap mengalir melalui apa yang disebut sebagai "armada laut bayangan", strategi ini memiliki konsekuensi. Penjualan harus dilakukan dengan diskon yang lebih besar dan menanggung biaya operasional yang lebih tinggi, yang turut menggerus pendapatan.
Sanksi AS Menargetkan Raksasa Minyak Rusia
Tekanan terhadap sektor energi Rusia diprediksi akan semakin intens. Pada akhir Oktober, Departemen Keuangan AS secara resmi memberlakukan sanksi terhadap divisi keuangan dua raksasa minyak Rusia, yaitu Rosneft dan Lukoil. Kedua perusahaan ini bersama-sama memproduksi sekitar 3 juta barel minyak per hari, yang setara dengan hampir setengah dari total ekspor minyak laut Rusia.
Respons Pasar Minyak Global
Di tengah kekhawatiran awal bahwa sanksi baru ini akan mengencangkan pasokan minyak global dan mendorong kenaikan harga, pasar justru menunjukkan respons yang sebaliknya. Setelah lonjakan harga awal, pasar minyak sebagian besar mengabaikan dampak sanksi tersebut.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan di sekitar level USD 60 per barel. Sementara itu, minyak mentah Brent, patokan internasional, berkisar di angka USD 64 per barel. Kedua harga ini tercatat turun sekitar 15 persen sepanjang tahun 2025, didorong oleh pasokan yang melimpah dan permintaan global yang lesu.
Artikel Terkait
Wakapolri Komjen Dedi Prasetyo Raih Penghargaan Kepemimpinan Publik dari Universitas Brawijaya
Emil Audero Serukan Evaluasi Besar Usai Kekalahan Cremonese dari Pisa: Analisis Lengkap
Ledakan SMAN 72 Jakarta: Terduga Pelaku Dipindah ke RS Polri, Ini Kata Mendikdasmen
Hasil & Klasemen Liga 1 2025/2026: Madura United 2-1 Persijap, Borneo FC Kian Perkasa