Deklarasi Damai Thailand-Kamboja 2025: Trump dan Anwar Ibrahim Saksi Sejarah Berakhirnya Perang Perbatasan

- Senin, 27 Oktober 2025 | 03:25 WIB
Deklarasi Damai Thailand-Kamboja 2025: Trump dan Anwar Ibrahim Saksi Sejarah Berakhirnya Perang Perbatasan

Thailand dan Kamboja Teken Deklarasi Perdamaian, Dihadiri Trump dan Anwar Ibrahim

Thailand dan Kamboja secara resmi menandatangani deklarasi perdamaian bersejarah dalam KTT ASEAN 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia. Penandatanganan kesepakatan damai ini disaksikan langsung oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Peran Mediasi Malaysia, AS, dan China dalam Penyelesaian Konflik

Sebagai ketua ASEAN 2025, Malaysia bersama dengan Amerika Serikat dan China berhasil memediasi konflik perbatasan Thailand-Kamboja yang telah berlangsung puluhan tahun. Konflik bersenjata terbaru yang pecah pada Mei 2025 memicu baku tembak intensif di perbatasan pada Juli 2025 yang menewaskan lebih dari 30 orang.

Isi Deklarasi Perdamaian Thailand-Kamboja

Kementerian Pertahanan Thailand mengungkapkan bahwa deklarasi damai mencakup komitmen penarikan senjata berat dari zona perbatasan dan operasi penjinakan ranjau bersama. Sebanyak 18 tentara Kamboja yang menjadi tawanan perang di Thailand juga akan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan.

Respons Pemimpin Dunia terhadap Kesepakatan Damai

Presiden Donald Trump menyatakan kebanggaannya atas kontribusi AS dalam mewujudkan solusi damai, sementara Menteri Luar Negeri Thailand Sihasak Phuangketkeow mengungkapkan keyakinannya bahwa situasi di perbatasan akan membaik. Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyebut momen ini sebagai peristiwa bersejarah bagi kedua negara.

Dukungan Masyarakat Internasional dan Media Sosial

Masyarakat Kamboja menyambut gembira penandatanganan deklarasi perdamaian ini. Banyak warganet Kamboja yang mengucapkan terima kasih kepada Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim melalui media sosial atas peran Malaysia dalam memfasilitasi perjanjian damai bersejarah antara Thailand dan Kamboja.

Komentar