"Tapi, penguatan regulasi dan konsistensi kebijakan tetaplah kunci utama untuk menjaga keberlanjutannya," tambah Handi dalam webinar Diskusi Publik Ekonomi dan Keuangan Syariah, Selasa (30/12/2025).
Bagaimana dengan kinerja di pasar global? Ternyata cukup solid. Nilai ekspor produk halal Indonesia di tahun 2024 lalu menyentuh angka USD51,4 miliar, atau sekitar Rp860 triliun. Pertumbuhannya rata-rata 7 persen per tahun.
Dan tren positif ini berlanjut. Sepanjang Januari hingga Juli 2025 saja, ekspor produk halal sudah mencatatkan nilai USD35,98 miliar, setara Rp602,2 triliun. Angka ini diperkirakan akan terus merangkak naik hingga akhir tahun.
Kalau dilihat komposisinya, ekspor kita masih bertumpu pada sektor makanan dan minuman dengan kontribusi dominan, mencapai 82 persen. Sektor tekstil menyusul di belakangnya dengan porsi sekitar 16 persen. Sementara itu, kontribusi rantai nilai halal terhadap PDB Indonesia hingga kuartal dua sudah mencapai 26,73 persen. Targetnya? Mendekati 35 persen di akhir tahun.
Semua pencapaian ini semakin menegaskan satu hal: industri halal bukan lagi sekadar wacana, melainkan arus utama baru dalam pembangunan ekonomi nasional. Ke depan, agenda strategis untuk 2026 harus fokus pada penguatan regulasi, mengoptimalkan peran BPJPH, dan membangun sinergi lintas sektor. Hanya dengan cara itulah keberlanjutan dan daya saing industri halal Indonesia di panggung global bisa benar-benar terjaga.
Artikel Terkait
Arus Mudik Lebaran Terlewati Lancar, Polisi Fokus Siapkan Gelombang Balik
Tiket Tetap Rp15 Ribu Meski Taman Sari Dibanjiri 30 Ribu Wisatawan
Di Balik Gawang Cipta Cendikia: Saat Sekolah Sepak Bola Juga Bentuk Karakter
Sektor Manufaktur China Akhirnya Kembali Mengembang di Desember