Pakar Peringatkan: Cabut Insentif Mobil Listrik Sekarang, Pasar Bisa Kolaps

- Selasa, 30 Desember 2025 | 19:45 WIB
Pakar Peringatkan: Cabut Insentif Mobil Listrik Sekarang, Pasar Bisa Kolaps

Wacana pencabutan insentif untuk kendaraan listrik belakangan ini ramai dibicarakan. Tapi, menurut sejumlah pengamat, pemerintah sebaiknya tidak terburu-buru. Pasalnya, pasar mobil listrik di dalam negeri ini masih sangat belia, masih dalam fase awal pertumbuhan. Kalau insentif dicabut sekarang, bisa-bisa momentumnya buyar.

Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengingatkan pentingnya kehati-hatian. Apalagi kondisi geopolitik global sedang tidak menentu, yang kerap bikin harga minyak mentah jungkir balik. Fluktuasi itu langsung terasa ke kantong negara lewat beban impor BBM yang bisa membengkak kapan saja.

“Saya katakan bahwa ini masih masa pertumbuhan. Artinya apa? Masa pertumbuhan itu masih mereka itu memilah-milah mana yang pasar mana yang harus dioptimalkan, mobil merek apa, harganya berapa, ini yang harus bisa dilakukan oleh pengusaha-pengusaha mobil listrik,”

Begitu penjelasannya dalam sebuah keterangan, Selasa lalu.

Ibrahim lantas membandingkan dengan industri mobil konvensional. Pemain seperti Toyota atau Mitsubishi sudah punya pengalaman puluhan tahun. Mereka paham betul bagaimana menyiasati tekanan ekonomi, misalnya dengan meluncurkan produk yang harganya lebih terjangkau. Pengalaman semacam itu belum dimiliki secara matang oleh industri mobil listrik lokal.

“Berbeda dengan mobil-mobil yang berbahan bakar fosil, seperti Toyota, Mitsubishi, dan lain-lain. Mereka selalu membuat satu strategi bagaimana dalam kondisi saat ini ekonomi tidak berimpek saja, membuat produk-produk mobil yang harganya relatif lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat,”

Katanya menegaskan.

Intinya, kalau insentif dihapus dan pajak mobil listrik disamakan dengan mobil berbahan bakar minyak, harganya pasti melonjak. Alhasil, minat masyarakat bisa langsung rontok. Ini masalah serius, mengingat Indonesia masih sangat bergantung pada impor BBM. Setiap kebijakan yang berpotensi menambah beban impor, harus dipikirkan matang-matang.

“Karena pada saat insentif dihilangkan, kemudian pajak mobil listrik sama dengan pajak mobil fossil berbahan bakar fosil, kemungkinan besar harganya akan lebih mahal, sehingga akan ditinggalkan,”


Halaman:

Komentar