Di hadapan sekitar sepuluh ribu pasang mata yang menatapnya, Wapres menekankan satu hal penting: semangat persaudaraan. Bagi bangsa sebesar Indonesia, nilai itu adalah pondasi yang tak boleh retak. Dia secara khusus berpesan kepada para pemuka agama yang hadir.
"Saya titip untuk semua. Pemuka agama dan para pendeta dan romo yang ada di sini, toleransinya terus dijaga," pintanya.
Namun begitu, perhatiannya tak hanya pada perayaan. Pikirannya juga tertuju pada saudara-saudara di seberang pulau yang sedang berduka. Gibran mengajak seluruh jemaat untuk mengheningkan cipta sejenak, mendoakan mereka yang terdampak bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
“Semoga Tuhan yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kekuatan, ketabahan, serta jalan pemulihan bagi seluruh masyarakat terdampak, dan meneguhkan semangat saling tolong menolong di antara kita,” ucapnya dengan khidmat.
Acara pun ditutup dengan simbol pengharapan yang sederhana namun penuh makna. Bersama Forkopimda setempat, Gibran melepas balon ke angkasa sebagai tanda perdamaian. Tak lupa, dia membagikan kado Natal kepada anak-anak yang hadir, menyapa mereka dengan tawa dan canda, sebelum akhirnya meninggalkan lapangan yang masih dipenuhi senyum hangat penghuni Kota Salatiga.
Artikel Terkait
Menteri Amran Berang, Ancam Tindak Pedagang Telur yang Langgar Harga Acuan
Zilfa Aninda Zevanya: Dua Lapangan, Satu Komitmen
Durian dari Hati: Warga Gayo Lues Balas Bantuan TNI dengan Buah Khas
Bank Mandiri Siapkan Relaksasi Kredit untuk 30 Ribu Debitur Korban Bencana