Di sisi lain, fakta di lapangan agak kompleks. Likuiditas bank sebenarnya melimpah ruah. Tapi, permintaan kredit dari pelaku usaha belum sepenuhnya bangkit. Rupanya, banyak yang masih bersikap wait and see, menunggu kepastian kondisi ekonomi global dan domestik.
Faktor lain ikut bermain. Korporasi cenderung memanfaatkan kas internal untuk pembiayaan, ketimbang mengajukan pinjaman baru. Belum lagi, penurunan suku bunga kredit dari perbankan sendiri dinilai masih berjalan lambat, tidak cukup menggigit.
Data BI pun mengungkap fenomena menarik: ada “pinjaman menganggur” atau undisbursed loan yang jumlahnya fantastis. Hingga November 2025, fasilitas pinjaman yang belum dicairkan membengkak sampai Rp2.509,4 triliun. Angka itu setara dengan 23,18 persen dari total plafon kredit yang tersedia.
Nah, dari sisi perbankan atau supply, sebenarnya tidak ada masalah. Kapasitas mereka sangat memadai. Ini tercermin dari Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang naik ke 29,67 persen. Dana masyarakat di bank (DPK) juga tumbuh kuat, mencapai 12,03 persen secara tahunan.
Dengan kata lain, ruang untuk menyalurkan kredit itu sangat luas. Tinggal tunggu permintaan dari sektor riil benar-benar bergerak. Momentum di sisa bulan Desember ini jadi kunci.
Jadi, semua mata kini tertuju pada dinamika terakhir tahun ini. Akankah proyeksi optimistis BI itu terwujud?
Artikel Terkait
Sekjen Kabinet Minta Dirut Turun Langsung Pantau Titik Rawan Nataru
Sarinah Thamrin Siap Sambut 300 Ribu Pengunjung di Malam Tahun Baru
Puncak Arus Mudik, Pejabat Tinjau Kesiapan Pelabuhan Merak
Pasca Bencana Aceh, RSUD di 18 Wilayah Kembali Berfungsi