Bikin SIM di Jepang? Siap-siap saja. Prosesnya panjang, dan soal biaya, jangan kaget harganya selangit. Ei Mochizuki, seorang warga Jepang yang bekerja di PT Suzuki Indomobil Sales, mengiyakan hal ini. Sebagai Kepala Perencanaan Strategis, ia punya cerita sendiri soal perjuangan mendapatkan surat izin mengemudi di negerinya.
”Harus ikut driving school hampir sebulan penuh,” ujar Mochi-san, begitu ia biasa disapa, saat kami bertemu di Jepang. Ujiannya pun, menurutnya, bukan perkara mudah.
Skema ujiannya mencakup tes tertulis dan praktik. Nah, untuk ujian praktik, polisi setempat punya sirkuit simulasi khusus. Sirkuit itu didesain mirip betul dengan kondisi jalan raya sesungguhnya, lengkap dengan segala situasi yang mungkin dihadapi pengemudi.
Namun begitu, punya SIM bukan berarti perjalanan berakhir. Justru di sinilah tantangan sebenarnya. Jepang punya sistem poin ketat untuk mengawasi perilaku pengendara di jalan. Kalau poin pelanggaran menumpuk, siap-siap saja SIM-nya dibekukan.
”Kalau dalam setahun poinnya mencapai 6, SIM akan di-suspend,” jelas Mochi-san dengan nada serius.
”Misalnya dari Januari sampai Desember 2025 dapat 6 poin, ya harus terima konsekuensi: tidak boleh bawa mobil selama 90 hari.”
Tapi ada jalannya.
Artikel Terkait
Four Points by Sheraton Surabaya Usung The Season of Light untuk Rayakan Akhir Tahun
Target 2026: Internet Merata di Semua Desa, Indeks Digital Indonesia Naik
BP BUMN Dukung Transformasi Peruri, Tata Kelola Jadi Fondasi Utama
Kesepakatan Dagang Indonesia-AS Diambang Batal, AS Tuding Jakarta Ingkar Janji