Di sisi lain, Menteri Purbaya juga menyoroti perkembangan lain yang lebih menggembirakan. Ia melihat kebijakan hilirisasi atau industrialisasi komoditas minerba mulai menunjukkan hasil. Alih-alih hanya mengekspor bahan mentah, Indonesia perlahan beralih ke pengolahan. Itu terlihat dari data kontribusi terhadap PDB.
Sektor pertambangan minerba sendiri kontribusinya justru menurun. Angkanya turun dari Rp1.805,8 triliun di 2022 menjadi sekitar Rp1.500,4 triliun pada tahun lalu. Untuk 2025, diprediksi hanya naik tipis ke posisi Rp1.613,1 triliun.
Sebaliknya, industri pengolahan logam dasar malah merangkak naik. Dari sebelumnya Rp168 triliun, melompat jadi Rp226,4 triliun di 2024. Tahun ini diperkirakan bisa tembus Rp243,4 triliun sekitar 1% dari total PDB nasional.
Angka-angka itu, bagi Purbaya, bukan sekadar statistik. Itu adalah bukti pergeseran. Nilai tambah kini bergerak dari sektor ekstraktif, tambang, ke manufaktur. Tepat seperti yang diharapkan dari kebijakan hilirisasi sejak awal.
Jadi, sementara di satu sisi pemerintah masih berjibaku memberantas penyelundupan, di sisi lain ada secercah optimisme. Transformasi struktur ekonomi, meski pelan, tampaknya sedang berjalan.
Artikel Terkait
Fairus Khalisa Putri: Debut Piala Asia di Usia 16 dan Perjalanan Tak Biasa dari Bek ke Kiper
Menjelang Akhir 2026, Indonesia Siap Deklarasikan Swasembada Padi dan Jagung
Zulhas Pastikan Swasembada Beras dan Jagung Segera Diumumkan
IMF Resmikan Kantor Regional di Shanghai, Fokus pada Negara Berkembang Asia-Pasifik